Tantangan mendidik anak semakin berat di era perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Anak-anak kita lahir sebagai digital native, dimana era digital bukan lagi sekedar perpindahan teknologi tetapi sudah menjadi bagian dari budaya mereka. Semenjak kehamilan mereka sudah muncul di berbagai kanal sosial media ketika orang tua mereka berbagi berita kehamilan kepada kerabat dan teman.
Bahkan tidak sedikit yang mengabadikan momen kehamilan dan kelahiran sebagai bagian dari cerita sosial media secara berkelanjutan. Ketika anak lahir foto mereka sudah menghiasi dunia maya. Tak pelak ketika mereka mengalami tumbuh kembang, internet menjadi bagian tak terlepaskan yang mengiringi cerita hidup mereka.
Sejak usia dini mereka sudah mengenal gawai, berseluncur di dunia maya yang tanpa batas ketika nalar dan logika mereka belum seiring perkembangan teknologi yang digunakan. Beragam dampak buruk mulai muncul. Anak kecanduan gawai sehingga malas beraktifitas fisik. Kecanduan game online sampai mereka lupa waktu, makan, dan tidak peduli masa depan mereka.
Tidak sedikit yang kecanduan pornografi yang begitu mudah diakses di dunia maya. Kemudian anak-anak ini menjelma menjadi sosok yang antisosial, malas bekerja keras, berfikir instan dan kehilangan daya juang untuk meraih prestasi.
Tentu saja perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tidak selalu memnabawa dampak buruk. Ibarat dua sisi mata uang sisi baik dan buruknya berjalan beriringan. Internet menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang tidak terbatas. Banyak orang yang sukses belajar otodidak dengan memanfaatkan internet. Maka kemampuan memanfaatkan teknologi dengan bijak menjadi tantangan bersama.
Tantangan ini mendapat respon positif dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang menekankan pentingnya pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian. Dalam materi Pengasuhan positif (materi bisa diunduh di laman https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id) ditekankan pentingnya membentuk Disiplin positif pada anak.
Disiplin positif adalah Pembentukan kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku anak yang positif dengan kasih sayang sehingga anak dapat menjadi makhluk sosial dan tumbuh berkembang dengan optimal". Ketika disiplin positif terbentuk dalam diri anak, maka dia bisa memilah yang baik dan buruk. Dampak buruk dunia maya bisa dihilangkan dan diambil sisi positifnya.
Orang tua tidak akan bisa terus menerus memantau kegiatan anaknya. Ketika anak semakin besar maka pengaruh teman dan lingkungan akan semakin kuat. Seorang guru juga tidak bisa terus memantau perbuatan muridnya, karena keterbatasan waktu dan jangkauan yang menghalanginya. Bekal terbaik yang bisa diberikan adalah membentuk disiplin positif anak.
Kekhawatiran orang tua, kekhawatiran guru tentang perilaku anak-anaknya bisa diatasi dengan tumbuhnya disiplin positif pada diri anak. Disiplin positif akan berjalan ketika hati nurani anak terbentuk dengan baik, tumbuh dan berkembang dalam asuhan positif dari keluarga, sekolah dan lingkunganya.
Peran Keluarga
Dalam keluarga anak mulai belajar tentang kehidupanya. Di era digital ada beberapa prinsip yang perlu dipegang oleh orang tua.