Lihat ke Halaman Asli

Muara Alatas Marbun

Alumni U Pe' I

Ketika Masyarakat "Makan" Infrastruktur Jokowi untuk Mudik

Diperbarui: 5 Mei 2022   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUMBER GAMBAR: Pikiran Rakyat/PT Jasa Marga

Beberapa tahun yang lalu, kita yang aktif di media sosial mungkin pernah mendengar berita tentang protes segelintir orang baik di internet maupun unjuk rasa perihal keluhan terhadap program Jokowi. 

Realisasi Presiden seringkali dieksekusi dengan pembangunan di sana-sini dan kebanyakan adalah jalan tol. Pembangunan terhadap manusia seakan ditinggalkan demi pemerataan akses jalur kendaraan.

Dengungan "Rakyat tidak makan infrastruktur" seakan menjadi bahan cemoohan baru bagi oposisi dalam 'melawan' keputusan pemerintah. Hal itu seakan terus berulang sebagai agenda jika pihak Istana mendeklarasikan keberhasilan pembangunan suatu inrastuktur. 

Tidak hanya jalan tol, selama itu infrastruktur maka istilah "rakyat tidak makan infrastruktur" akan terus didengungkan.

Pada tahun ini, Joko Widodo melonggarkan kebijakan bepergian di masa pandemi. Singkatnya, jika orang dewasa sudah di vaksin Booster dan anak-anak sudah di vaksin kedua, maka akses akan dipermudah. Tidak ada pembatasan PPKM yang ketat, yang ada hanya pengaturan lalu lintas mudik seakan COVID-19 sudah tidak ada di bumi Nusantara.

Hal ini justru membuat kesal oposisi karena narasi "pemerintah selalu menaikkan status PPKM pada hari kebesaran umat muslim" jadi hilang.


Semua jalur bisa dilalui pemudik. Jalan tol dibuka semuanya, pelabuhan bekerja dua kali lipat, bandara kebanjiran penumpang, dan kereta api hilir mudik tiada henti. Di antara itu semua, rakyat yang mudik akhirnya bisa merasakan "sedapnya" infrastruktur Jokowi.

Opini Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Sarman Simanjorang mengatakan arus mudik memberikan kesegaran bagi pengusaha karena arus ekonomi berkat libur Idul Fitri diprediksi meningkatkan perputaran uang senilai 42 triliun. Prediksi itu dinilai jika setiap keluarga sekiranya menghabiskan dana 1 juta setiap perjalanan mudik. Artinya dana tersebut terpakai untuk hal teknis seperti transportasi dan hal non teknis seperti oleh-oleh.

Bagaimana agar perputaran itu berlangsung dengan baik? Salah satu faktor besarnya adalah ketersediaan prasarana dan jaringan transportasi yang mumpuni.

Peningkatan arus lalu lintas (lalin) kendaraan terjadi dan meningkat selayaknya mudik pada masa yang normal, itu semua tidak lepas dari penurunan syarat bepergian ke luar daerah. Arus lalin di Trans Jawa dan Bandung naik sebesar 42,9 persen dan arus lalin di Merak naik 2,33 persen. Kira-kira, pergerakan manusia di jalur-jalur vital naik sekitar 19 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline