12.30 diperlihatkan jam saku.
Aku masih menikmati kopi yang ada di emperan warung yang persis berseberangan dengan gedung megah tempat aku melihat antara Belanda dengan non-Belanda yang bersitenggang. Pribumi lusuh itu adalah seorang pria tua yang bekerja sebagai kuli angkut. Dia memperlihatkan wajahnya yang keriput dengan keringat yang masih menempel, dan ia coba untuk membasuhnya sebelum ... ia menyapaku.
"Tuan ?" Ucap dia.
Aku hanya mengangguk.
"Boleh saya duduk disini ?"
"Apa pelayan warung ini melarangmu ?, jangan tanya padaku dan anggap kita sama sebagai penikmat penganan warung ini"
Pria tua itu sedikit tersenyum kemudian duduk disebelahku dan segera memesan minuman dan makanan yang sama persis dengan yang diriku pesan.
"Tampaknya gedung disana sudah selesai melakukan pertemuan ya ?, tampak seluruhnya keluar" kata pria tua.
"Rapat diskors, ada pemberontak di dalam"
"Memangnya kau bukan ?"