Lihat ke Halaman Asli

Muara Alatas Marbun

Alumni U Pe' I

Ampuhnya Sistem Gol Tandang dan Para Penentangnya

Diperbarui: 9 Maret 2019   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : Anne-Christine POUJOULAT / AFP via thesouthafrican.com

Manchester United (MU) dan FC Barcelona adalah dua dari sekian klub di dunia yang pernah merasakan begitu membahagiakannya bahwa sistem gol tandang (Away Goal) masih berlaku dalam kompetisi resmi Eropa. 

Topik akan wacana penghapusan sistem yang sudah akrab pada UEFA Champions League (UCL) periode 70-an ini setidaknya berkurang. Siapa lagi kalau bukan Manchester United yang merasakan nikmatnya kemenangan waktu normal hanya dengan menyamakan agregat semata.

Paris Saint Germain (PSG) kali ini menjadi 'korban' dari sistem gol tandang ini dan benar-benar paling nyesek. Kondisi tersebut adalah antiklimaks dari hegemoni kekuatan tim yang mumpuni berbanding terbalik dengan kondisi tim lawan yang harus meninggalkan kesembilan pemain utamanya ke Parc Des Princes (Stadion milik PSG). Kalah dikandang sendiri, lawannya didominasi pemain muda, bermain dengan dukungan penuh fans mereka hingga apes-nya Mbappe memanfaatkan berbagai peluang kala berhadapan dengan de Gea.

Kekalahan ini cukup untuk membungkam serta membuat naik pitam sang pemilik PSG, Nasser Al-Khelaifi. Pertandingan tersebut cenderung menyelamatkan wacana penghapusan sistem gol tandang ini. Beberapa gambaran "buruk" dari sistem ini tidak sepenuhnya terealisasi dari pertandingan yang meloloskan tim Setan Merah -- julukan Manchester United- ke fase selanjutnya UCL.

Gambaran umum dari sistem tandang ini adalah skor akhir yang dihitung dari jumlah gol yang diciptakan tim kala berstatus tandang. Kasus yang dialami MU mudah untuk diterka hasilnya, dengan hasil pertandingan sebagai berikut :

Leg 1 : Manchester United (Tim Tuan Rumah) 0-2 PSG (Lawan)

Leg 2 : PSG 1-3 Manchester United (Lawan)

Menurut sistem away goal, Skor akhirnya adalah 3-2 dimana Manchester United meraih skor di kandang lawan lebih banyak dari PSG.

Namun yang ditakuti oleh beberapa pihak pun adalah sistem ini tidak adil karena klub-klub pada pertandingan leg 1 cenderung untuk bermain aman. Jika orientasinya adalah mengamankan jarak skor yang aman, maka tim tuan rumah akan mencoba untuk bermain super defensif untuk mencegah lawan mencetak gol. Begitu pula sebaliknya, sehingga bisa ditebak strategi yang akan dipakai baik oleh tim tuan rumah maupun tim lawan.

Satu blunder saja terjadi maka itu adalah hal yang benar-benar tidak menguntungkan klub tersebut apalagi yang melakukannya adalah tim tuan rumah. Begitu tabunya sebuah kesalahan dalam mengatur pertahanan membuat klub cenderung untuk bermain defensif dan gambaran pola yang dipakai sebuah klub bisa ditebak. Itu tentu tidak menarik dan sempat digembor-gemborkan oleh beberapa pelatih top Eropa dan berakhir pada tahun ini dimana UEFA sedang mengkaji wacana penghapusan sistem tersebut.

Menurut hemat saya yang juga fans dari Manchester United, ini justru tidak berpengaruh apa-apa. Bahkan jika kita melihat sebentar pertandingan yang menjadi perbincangan tentang sepakbola yang paling trend saat ini tersebut, PSG justru bermain dengan taktik yang menyeimbangkan antara pertahanan dan menyerang. Taktik "parkir bus" tidak selalu terlihat dalam jangka waktu yang lama di kubu PSG, namun pada akhirnya taktik dan hasil berkata lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline