Lihat ke Halaman Asli

Belum Siap Pacaran

Diperbarui: 8 April 2019   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Bukan hal baru lagi apabila remaja belasan tahun dan masih sekolah sudah menjalin hubungan berpacaran selayaknya orang yang beranjak dewasa. Dulu hanya seorang anak yang masih SMA saja baru berani untuk berpacaran, itu pun tidak semua. Semakin kesini semakin rendah tingkatannya. Dari yang SMP dan yang lebih parah adalah anak SD. Banyak yang diketahui di media sosial, gaya berpacaran anak SD sangat parah, contoh yang sering kali diketahui adalah panggilan kesayangan yang mereka lontarkan yaitu "ayah-bunda" atau "papi-mami". Hal itu menunjukan bahwa gaya berpacaran mereka sudah melampaui batas.


Namun kali ini yang akan saya bahas bukan hanya gaya pacaran anak sekolahan jaman sekarang. Namun juga dampak yang diberikan ketika mereka sudah memutuskan untuk menjalani hubungan lalu hubungan tersebut berakhir. Apakah nantinya memberikan dampak dalam kehidupannya. Bukankah berpacaran diusia yang belum tepat, bisa menjadi bumerang bagi actornya. Mari kita bahas dan para pembaca bisa menyampaikan opininya dikolom komentar.


Ketika anak-anak usia belasan tahun berpacaran dan emosi mereka masih labil sedangkan mereka juga belum mampu menyaring apa yang mereka dapatkan dari internet. Maka  dengan mudah mengikuti apa yang mereka lihat, dengar, dan baca. Namun banyak diketahui, yang beredar malah hal-hal negatif seperti pornoaksi. Dan justru, banyak yang menganggap bahwa hal itu keren.


Setelah mereka melihat hal tersebut, mereka meniru untuk menunjukan bahwa mereka juga eksis. Mereka ingin dikenal banyak orang. Sayangnya mereka tidak berfikir, bahwa yang mereka lakukan sekarang tentunya berpengaruh bagi perkembangan karakter mereka kelak. Anak yang sudah berpacaran di usia dini tidak memiliki wawasan lain karena anak tersebut tidak tau bahwa ada yang lebih baik daripada menghabiskan waktunya unutuk berpacaran. Anak usia dini yang sudah pacaran bisa dianggap lebih matang lebih dulu dari usianya.


Ditakutkan nantinya ketika dia dewasa karakternya atau kepribadian yang terbentuk justru banyak negatifnya atau bisa memengaruhi teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang dia lakukan yang menjurus kearah yang salah. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah diumur berapa anak boleh berpacaran atau menyukai lawan jenis?. Seorang anak ketika memasuki masa pubertasnya akan mengalami rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, hal itu dibarengi oleh emosi yang masih meluap-luap sehingga perlunya kontrol yang tinggi dari orang-orang disekitarnya. Alangkah lebih baik bahwa mereka perlu lebih dulu mengenal dirinya sendiri, agar tentunya bisa mengontrol dan menjaga diri sendiri pula.


Lalu apa yang bisa dilakukan orang terdekatnya? Jadi orang tua yang memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya dan harus mempu memberikan pengertian. Orang tua seharusnya membicarakan soal kriteria calon istri atau calon suami yang baik sejak dini. Sehingga anak memiliki kriteria yang akan dia jadikan patokan dalam mencari pasangan hidup kelak. Berdialog degan anak membahas soal siapa pacar dan bagaimana pacar yang baik untuk anak bukanlah hal yang salah. Bukan juga malah menjerumuskan ke hal yang negatif apabila orang tua benar-benar pandai mengetahui apa yang pantas bagi anak di usia tersebut. Dialog antara anak dan Orang tua tersebut bisa dikatakan dengan komunikasi terapeutik, yang dapat dijadikan sarana untuk mendidik anak dengan benar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline