Lihat ke Halaman Asli

Demi Followers

Diperbarui: 31 Maret 2019   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada akhir tahun 2018, Pendiri dan CEO dariTwitterJack Dorsey, mengimbau bagi para pengguna layanan mediasosialnya untuk tidak terobsesi dengan jumlah follower. Dorsey juga mengatakankalau pada 12 tahun yang lalu, apabila seseorang berkeinginan untuk menambahfollower adalah yang yang bagus. Namun untuk era sekarang sudah tidak lagi. 

Dapat kita ketahuimaraknya penjual followers, bisa sedikit menjadi bukti bahwa dalam bermediasosial banyak orang yang menginginkan untuk terlihat sangat dikenal orangsehingga harus memiliki banyak followers atau pengikut dimedia sosialnya. Kitacoba saja untuk membuka Instagram, begitu banyaknya muda-mudi yang mendapatuang dari sana. Dengan cara apa?. 

Mereka yang memilikipengikut atau followers yang banyak biasa disebut selebgram. Seorang selebgramtentu saja bisa menjadi sorotan seakan-akan mereka adalah selebriti sepertiyang ada didalam televisi. Selebgram juga dibayar untuk memposting suatu produkyang dijual atau biasa disebut endorse.Dari situ bisa kita simpulkan dengan cara yang 'kasar' bahwa mempunyaifollowers yang banyak akan menjadikan kita terkenal dan mempunyai uang banyakdari Endorsement.

Oleh karena itu, banyaksekali orang-orang yang berusaha mencari sensasi di media sosial untuk menjaditerkenal dan memiliki banyak followers. Namun, dari situ banyak orang yangsalah jalan dan menggunakan hal-hal diluar norma dan etika, bahkan tidak sesuaimoral untuk mecapai hal tersebut. Mirisnya rata-rata dari mereka adalah usiaremaja. Sangat  disayangkan bukan,apabila generasi kita kurang dalam beretika. 

Seorang selebgram bisajuga menjadi infuencer. Mereka bisa membuat para pengikutnya untuk melakukanapa yang mereka lakukan. Seperti misalnya melakukan acara charity melalui media sosialnya. Karena followersnya banyak, makakemungkinan besar yang mengikuti kegiatan amal tersebut juga banyak. Namun dimedia sosial layaknya dikehidupan nyata, ada baik dan buruknya. Misal seorangselebgram sering membagikan foto-foto vulgar atau melakukan hal-hal yang tidaksesuai dengan budaya di Indonesia, maka tentu saja hal itu memiliki kemungkinanuntuk ditiru. Sangat tidak beruntungnya, apabila hal itu terjadi dan justrumengubah kebudayaan asli Indonesia menuju kebarat-baratan.

Oleh karena itu,apabila disekolah alangkah baiknya seorang guru BK juga memantau kegiatan siswadidunia maya-nya. Orang tua juga dianjurkan untuk setidaknya mengecek handphoneanak, tetapi jangan terlalu sering karena nak bisa saja merasa tergangguapabila privasinya berusaha untuk dikethui orang lain. Selain guru BK dan orangtua, ada tokoh lain yang biasanya paling tahu yaitu, teman atau sahabat. Sahabatakan menjadi tempat curhat yang paing detail, maka dari itu apabila sahabatnyaada yang salah ketika bermedia sosial hendaknya ditegur.

Bijaklah dalam bermediasosial!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline