Lihat ke Halaman Asli

Mual P Situmeang

Pekerja Sosial

Support System Keluarga di Masyarakat Batak yang Tetap Aktual Sepanjang Jaman

Diperbarui: 15 Mei 2024   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ketahanan keluarga menghadapi berbagai peristiwa hidup baik suka maupun duka dibumi tidaklah lepas dari dukungan sesama. Dalam budaya dan tradisi yang masih berlangsung dalam kehidupan keluarga atau masyarakat Batak di abad modern ini adalah kekerabatan keluarga.  Inilah support sytem yang tetap aktual dan relevan.   Nilai kekerabatan keluarga menyatu dalam perjalanan hidup keluarga Batak. Mereka adalah keluarga satu marga, satu bapa, satu kakek, satu nenek moyang.  Mulai dari generasi pertama hingga generasi 15 bahkan ada yang sudah sampai generasi ke 17 dan 18 di marga tertentu dan nilai kekerabatan ini terus berkesinambungan.

Dimulai dari fase kehidupan seseorang didalam kandungan ibu khususnya diusia 7 bulan keluarga mengadakan acara adat bersama kerabatnya untuk memohon dukungan bagi kesehatan dan kelancaran kelahiran sang bayi. Bersama para kerabat (dari pihak keluarga anak lelaki dan pihak keluarga perempuan) mereka berkumpul untuk mendoakannya. Acara ini disebut sebagai Mambosuri.  Calon ibu disuapi dengan nasi dan arsik ikan mas sebanyak 3 kali.  Kemudian ada pemberian ulos (kain tradisional Batak) yang dikalungkan pada bahunya sambil mengucapkan nasihat dan doa.  

dokpri

Rangkaian acara adat lainnya akan mengiringi peristiwa kehidupan keluarga seperti Kelahiran, Tardidi (pembabtisan anak bagi keluarga Kristiani), Malua (menjelang dewasa - sidi atau peneguhan iman), Pertunangan, Pernikahan, dan Kematian. Pada setiap acara adat ini kerabatlah yang mengatur dan selalu mendampingi keluarga. 

Fungsi dan peran kerabat tidak semata-mata untuk mendampingi keluarga menjalani proses adat mulai dari persiapan hingga akhir pelaksanaan adat.  Mereka juga siap menopang kebutuhan keluarga baik moril dan materil.  Pelaksanaan acara adat adalah juga bagian dari kehormatan keluarga besar sehingga mereka berupaya agar semuanya terlaksana dengan penuh wibawa dan hormat.  Hal ini sudah mendarah daging dimasyarakat Batak yang falsafah hidupnya (Hagabeon = Banyak Anak/Keturunan, Hamoraon = Banyak Harta/Rejeki,  Hasangapon = Banyak Kehormatan).  

Oleh karena itu tabu (pantangan) bagi keluarga jika mereka tidak mampu memenuhi keperluan adat dengan alasan kekurangan materil. Bagaimanapun juga kerabat akan berupaya sekuat tenaga menanggungnya dan memutuskan sesuai pilihan serta kemampuan keluarga.  Pilihanpun tersedia dalam pelaksanaan adat (adat kecil atau besar) yang wajib disepakati keluarga dan kerabat.

detik.com

Bagi keluarga yang tekun dan rajin mengikuti acara adat biasanya akan menerima penghormatan dari kerabat keluarga termasuk marga lainnya. Hal ini akan nampak jelas dari jumlah orang yang hadir pada acara adat keluarga. Bisa ratusan bahkan ribuan orang seperti diacara adat pernikahan. Bukan karena kemampuan ekonomi keluarga dan kerabat semata mengundang sedemikian banyak orang tetapi ada nilai 'emosional' yang mengikat mereka dalam tradisi adat. Mereka juga akan melihat siapa kerabat keluarga yang mengundangnya.

'Support System' tradisional ini perlahan mulai tergerus oleh modernisasi dan menjadi pilihan keluarga bukan kewajiban keluarga. Oleh karena itu ada sebagian kecil keluarga Batak sudah meninggalkannya. Tetapi secara umum masyarakat Batak masih tekun memelihara tradisi ini dan mengkontekstualisasikannya sebagai nilai positif kehidupan yang relevan ditengah arus budaya modern yang individualistis.

dok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline