Saat ini masih banyak masyarakat mudah dikendalikan oleh rekayasa stimulus media. Reaksi kemarahan, kebencian, sakit hati, dan kekecewaan ketika menerima informasi dimedia adalah contoh dari beberapa reaksi yang dapat di 'ciptakan' oleh media sosial. Dengan membaca berita atau melihat image foto atau video masyarakat dapat dipancing emosinya melalui situmulus (rangsangan) si pengguna media.
Setiap orang dikelilingi informasi yang diserap oleh penglihatan dan pendengarannya (indera manusia). Informasi dalam wujud berita atau cerita masuk melalui telinga atau mata lalu merangsang perasaan atau pikiran si penerima.
Bila penerimaan informasi masuk tanpa ada jarak dari pikiran si penerima yaitu jeda untuk mengelolanya (memilih dan memilah) maka reaksi segera muncul sesuai dengan rekayasa si pembuat berita atau cerita.
Hoax adalah contoh informasi (berita dan cerita) yang direkayasa untuk merangsang reaksi si penerima/pembaca informasi agar menjadi marah, benci, kecewa, kesal dlsb. jika seseorang menerimanya tanpa ada jarak atau jeda untuk proses memilah dan memilih.
Masyarakat perlu melatih diri agar selalu menjaga jarak terhadap segala informasi yang sedang membanjiri kehidupannya. Proses ini amat penting agar dapat mengatasi stimulus yang direkayasa melalui media tersebut.
Pelatihan mandiri untuk menjaga jarak sebenarnya banyak diberikan melalui informasi dan publikasi luas dari pihak yang berkompeten dan terpercaya baik oleh lembaga Pemerintahan misalnya Kementerian Komunikasi dan Informatika atau lembaga Non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Tips serta panduan bermedia sosial yang cerdas dan bijak adalah salah satu topik pelatihan mandiri.
Dengan melatih diri untuk menjaga jarak terhadap stimulus media secara rutin maka akan terbangun sebuah filter yang kuat ketika indera seseorang mendengar dan melihat informasi.
Kepekaan memilih dan memilah informasi menjadi semakin tajam bak pisau yang bisa memisahkan antara opini dan fakta dari sebuah informasi.
Akibatnya masyarakat menjadi lebih obyektif menerima informasi dan tidak mudah dirangsang emosinya oleh berbagai rekayasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H