Kurang lebih selama satu minggu ini saya tinggal di Bima untuk menjenguk keluarga dan warga yang terkena bencana banjir Bandang pada awal bulan ini. Selama tinggal di Bima, beberapa kali saya keliling melihat wilayah kota Bima yang menjadi korban bencana banjir bandang. Sebuah wilayah yang awalnya menjadi sentral atau pusat perekonomian dan kegiatan Bima sejenak lumpuh dan tidak beroprasi selepas banjir bandang yang melanda. Banyak masyarakat yang kehilangan harta dan mata pencaharian yang dilakukan setiap harinya, tidak sedikit masyarakat yang kehilangan sawah dan ladangnya, karena terendam dan hantaman banjir.
Rupanya bencana banjir bandang yang terjadi kurang lebih 10 hari mampu melumpuhkan perekonomian dan banyak merugikan masyarakat. Selain itu, banjir juga menyebabkan kondisi kesehatan warga menurun, terutama anak-anak banyak yang mengalami sakit, masalah pelaksanaan ritual keagamaan juga menjadi terhambat dalam waktu seketika.
Melihat fenomena tersebut, dapat difahami bahwa bencana banjir bandang memang benar-benar membuat masyarakat banyak menderita kerugian dan sengsara. Tetapi jika dilihat kembali bencana banjir tersebut bukan muncul secara mendadak atau tanpa adanya penyebab yang mendahuluinya. Jika diamati lebih mendalam, ternyata banyak sekali penggundulan hutan dan gunung yang dilakukan di Bima. Pengelolahan sampah yang tidak produktif, managemen pembuangan sampah yang belum diatur dengan baik.
Berdasarkan tata wilayah, Bima termasuk salah satu kota dan kabupaten yang banyak dikelilingi pantai, pegunungan, laut dan lain sebagainya. Tetapi yang banyak terjadi justru adalah sebaliknya penanaman liar di lereng-lereng gunung, penggundulan hutan banyak dilakukan oleh warga sekitar, maka tidak heran jika bencana banjir terjadi di wilayah sekitar. Hal ini disebabkan karena kurang sadarnya masyarakat untuk membangun lingkungan agar lebih sejahtra dan terlindungi.
Secara teoritis, perspektif psikologi menjelaskan tentang kesadaran, pada dasarnya setiap orang memiliki kesadaran untuk melakukan sesuatu yang memiliki dampak positif terhadap dirinya dan lingkungannya. Namun, pada umumnya prilaku manusia juga didorong oleh faktor id yang mengirinya dan ketidaksadaran, sehingga pertimbangan untuk melakukan sesuatu yang lebih bijaksana bagi lingkungan sekitarnya jarang sekali terjadi (Firman & Gila, 2002).
Sternberg (2003) juga menyatakan bahwa setiap manusia memiliki kecerdasan untuk menganalisis segala fenomena yang ada di sekitarnya dan memiliki kemampuan untk mngelolah potensi alam yang ada menjadi sebuah produk yang menghasilkan bagi kehidupannya. Hampir setiap manusia memiliki kemampuan tersebut untuk mengembangkan semua kemampuan yang dimilikinya. Tetapi dua kemampuan tersebut, ternyata tidaklah cukup untuk membuat orang menjadi berkembang dan sukses mengembangkan diri. Stenberg menegaskan bahwa manusia juga perlu memiliki wisdom(kebijaksanaan) untuk melihat bahwa tindakan yang dilakukan apakah memang bijak bagi dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Hal ini bisa diamati dari cara masyarakat Bima yang cerdas dan kreatif untuk mengembangkan pertanian dan mengelolahnya di lereng-lereng gunung. Dimana tindakan tersebut juga diiringi dengan melakukan peggundulan hutan dan gunung secara merata, memang akan berpengaruh besar pada kesejahteraan ekonomi yang jauh lebih meningkat.
Namun dampak berbeda yang tidak difikirkan lebih mendalam bahwa akibat dari tanaman di lereng gunung, kurang sadarnya untuk mengelolah sampah dengan baik, penggundulan hutan ternyata mengakibatkan banjir dimana-mana. Fenomena seperti inilah yang kemudian disebut Stenberg bahwa manusia kurang memiliki kemampuan wisdom dalam bertindak. Apa yang mereka lakukan hanya memikirkan untuk menguntungkan dirinya sendiri, namun merugikan masyarakat dan lingkungan pada umumnya.
Artinya untuk mewujudkan daerah yang aman dan sejahtera diperlukan kesadaran masyarakat untuk mengatur dan menjaga lingkungan agar tidak terkena bencana. Kesadaran dan peran masyarakat menjadi penting untuk menciptakan lingkungan yang selalu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Kesadaran komunitas pada setiap warga untuk menjaga dan melindungi lingkungannya agar lebih aman dan terjaga. Ketika setiap warga memiliki kesadaran bersama, bahwa setiap tindakan menjaga dan merawat lingkungan dilakukan akan berpengaruh pada komunitas lingkungannya, maka akan mengurangi dan mampu mencegah adanya bencana banjir yang melanda. Semoga kita semua bisa menjaga lingkungan sekitar dan selalu dalam lindungan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Firman, J., & Gila, A. 2002. Psychosinthesis: A Psychology of the Spirit: State University of New York Press.