Lihat ke Halaman Asli

No Free Design -2

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak di salah satu stan Pasar Desain 2013

[Sambungan dari Bagian-1] . ‘Kan? Yang dihitung hanya output materi yang terlihat mata. Dia tidak memperhitungkan bahwa sebelum jadi sebuah album foto, dibutuhkan peralatan foto, kamera, lensa, lighting, yang tidak murah. Dibutuhkan pengetahuan fotografi, entah dari seminar, workshop, dan lain-lain. Dan juga pengalaman serta jam terbang sang fotografer yang tidak sedikit. Belum lagi keahlian untuk mendesain album wedding, juga kejelian dan citarasa dalam memilih dan memilah-milah foto, meng-compile, mengkolase sehingga terciptalah album wedding indah yang akan menjadi kenangan seumur hidup mereka. *** Itu baru salah satu contoh. Tidak beda jauh, begitu juga yang terjadi di dalam bidang usaha produksi. Sekarang coba kita perhatikan kalau di rak supermarket, apa sih perbedaan yang mencolok antara produk impor dengan produk lokal, terutama produk UKM? Ya betul, kemasan! Ambil contoh produk makanan-minuman. Mungkin kalau soal kualitas rasa, kita bisa bilang produk kita boleh adu. Tapi yang pertama dilihat oleh calon pembeli adalah kemasan. Mau kita ngomong berbusa-busa produk kita enak dan hebat, kalau tampilannya ecek-ecek orang juga tidak bakal beli. Sebaliknya produk yang mungkin dari segi kualitas rasa biasa-biasa saja, tapi dengan kemasan yang bagus, produk tersebut bisa menjual dirinya sendiri. Makanya tidak heran, saya pernah dapat info bahwa pengusaha-perngusaha kuliner produk kemasan di Jepang menghabiskan 60% dari HPP untuk desain kemasan. Gila ya? Beda dengan pengusaha UKM kita ‘kan? Kalau bisa gratis, kenapa harus bayar? Ya itulah motto kami… hehe. Ya karena kami punya budget yang ketat, maka hal-hal yang bisa dikalahkan akan dikalahkan. Hal-hal yang sebisa mungkin gratis, ya cari gratisan, hehe. Seperti waktu di Semerbak Coffee, karena kebetulan saya hobi desain grafis, maka untuk desain logo, brosur, kemasan dan lain-lain dikerjakan sendiri. Begitu juga di Ranah Kopi sekarang. Untungnya desain saya tidak jelek-jelek amat kan? Hehe #maksa. [caption id="attachment_1136" align="aligncenter" width="470" caption="Anak-anak di salah satu stan Pasar Desain 2013"] [/caption] Mungkin salah satu cara untuk kami, usaha UKM, lebih maju adalah dengan lebih concern kepada desain kemasan dan desain-desain lainnya. Info dari beberapa rekan yang produknya ditolak masuk supermarket, saran yang diperoleh salah satunya adalah untuk memperbaiki kemasan. Dan untuk peningkatan kualitas desain, tentunya bisa dimulai dengan menyiapkan budget untuk desain yang berkualitas. Bisa sih dapat yang gratis, cuma tahu sendirilah hasilnya. Mungkin itu tadi, kita mulai perlu belajar menghargai kekayaan intangible bukan hanya yang tangible. Sehingga kita mulai berani untuk menyisihkan budget untuk hal itu. Ini serius lho. Konon kabarnya, perusahaan-perusahan dengan nilai logo termahal, seperti Apple dan Coca-Cola, nilai logo mereka saat ini jauh melampaui nilai fixed asset mereka. . Depok, 24 November 2013 . Muadzin F Jihad Founder Ranah Kopi Twitter @muadzin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline