Lihat ke Halaman Asli

Belajar Hidup dari “Life of Pi”

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

life_of_pi_movie_poster_1

Film yang diangkat dari novel karya Yann Martel ini  luar biasa amazing menurut saya. Dari segala aspek, ide cerita, naskah, gambar, penyutradaraan, dan lain-lain, film ini benar-benar menakjubkan. Film garapan sutradara kawakan Ang Lee ini bercerita tentang Pi Patel, seorang anak berkebangsaan India yang orang tuanya adalah pemilik sebuah kebun binatang. Keluarga Pi harus pindah ke Kanada, karena kondisi di India tidak memungkinkan untuk terus running sebuah kebun binatang. Seluruh satwa penghuni kebun binatang ikut diboyong. Sebuah kecelakaan akibat badai dahsyat menyebabkan kapal kargo yang mereka tumpangi karam di tengah lautan. Hanya Pi seorang yang selamat. Tapi dia terjebak dalam satu sekoci bersama seekor harimau Bengali. Hampir keseluruhan film  ini, menggambarkan bagaimana Pi bertahan hidup dari ganasnya lautan dan berjaga-jaga dari serangan si harimau yang diberi nama Richard Parker. Saya tidak ingin meresensi film tersebut, silakan nonton sendiri film luar biasa yang sarat pesan bermakna ini. Saya juga bukan ingin memfilosofikannya. Sangat sayang jika film yang indah secara visual dan narasi ini dirumuskan oleh pemikiran satu orang. Tapi ada 2 hal yang ingin saya share dari film ini. Pertama, Pi berusaha selalu fokus pada solusi, bukan pada masalah yang dihadapinya. Bukan meratapi kenapa dia bisa terkatung-katung di laut satu perahu dengan seekor harimau, tapi dia malah membuat strategi dan tindakan mengatasi intaian serangan si Richard Parker. Bahkan dia sampai berhasil melatih si harimau untuk menuruti perintahnya. Di buku hariannya dia menulis, ”Saya berterimakasih kepada Richard Parker, saya jadi selalu awas dan waspada mempertahankan hidup. Tanpa dia mungkin saya sudah mati.” “You must take life the way it comes at you and make the best of it.” Yann Martel, Life of Pi Yang kedua, never lose hope. Kehilangan orang tua dan kakak, terkatung-katung di tengah lautan luas, satu sekoci bersama harimau yang tiap saat bisa memangsanya, kelaparan, kehausan, terbakar panas matahari, kehujanan, kedinginan, terhempas badai; itu pasti suatu tantangan hidup yang luar biasa. Terus terang saya pribadi belum pernah mengalami tantangan hidup seberat itu. Satu yang membuat dia bisa selamat: jangan pernah kehilangan harapan. Saat kita merasa sendiri, saat merasa keadaan sangat menekan dan menghimpit, saat merasa Tuhan itu tidak membantu, atau bahkan merasa Tuhan itu tidak ada; sebenarnya Tuhan itu selalu menjaga kita, selalu memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kita. Hanya masalahnya, kita sendiri tidak aware, kita kurang peka terhadap “suara-suara” dan tanda-tanda dari Tuhan. Posting blog saya yang terbanyak view dan komennya sampai saat ini adalah yang berjudul “Bercengkerama dengan Debt Collector”. Itu berisi pengalaman pribadi yang sangat menantang buat saya ketika terjerat hutang KTA (kredit tanpa agunan). Banyak pembaca yang komen di situ, ada beberapa yang juga mengalami pengalaman serupa, dan mereka meminta saran penyelesaian. Saya juga tidak bisa kasih saran apa pun, karena saat saya mengalaminya juga gelap, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi paling tidak, dua hal itu lah yang kira-kira saya lakukan saat itu, fokus pada solusi dan jangan pernah kehilangan harapan. . Depok, 8 Desember 2012 Muadzin F Jihad Founder Semerbak Coffee Twitter @muadzin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline