Lihat ke Halaman Asli

Setahun Setelah Pensiun Dini

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak disangka, sudah setahun saya resign dan menjadi fulltime entrepreneur.  Ya, 1 Juli 2011, hari kemerdekaan saya. Setelah 14.5 tahun bekerja sebagai karyawan, akhirnya saya bisa melepaskan pekerjaan saya tersebut dan memberikannya kepada orang yang lebih membutuhkan.. hehe. Sebulan setelah resign, saya sempat menulis di blog, bahwa saya menyesal telah mengambil keputusan pensiun dini itu. Menyesal kenapa tidak dari dulu.. hihi. Ya, banyak sekali hal-hal yang bisa saya lakukan, yang tadinya tidak bisa saya lakukan saat masih menjadi karyawan. Yang jelas, saya bisa lebih fokus dalam pengembangan dan pengelolaan Semerbak Coffee bersama partner saya, Iwan Agustian. Banyak strategi-strategi dan manuver bisnis yang kami lakukan di tahun ini. Seperti yang saya pernah tulis di blog saya, buat saya pensiun dini itu bukanlah tujuan akhir. Tapi justru sebuah awal. Pintu untuk impian yang lebih besar. Bukan untuk leha-leha dan gaya-gaya. Tapi untuk berkarya lebih optimal bagi sesama dan semesta. Di luar itu, keuntungan yang saya rasakan adalah, saya bisa punya keleluasaan mengatur waktu sesuai prioritas. Saya sekarang bisa menyisihkan waktu untuk aktif di komunitas pengusaha yang saya ikuti, Tangan Di Atas (TDA). Sempat jadi panitia Pesta Wirausaha TDA 2012. Dan saat ini bantu-bantu menjadi mentor di Kelompok Mentoring Bisnis TDA wilayah Depok. Saya sekarang punya waktu lebih banyak untuk keluarga. Karena kantor Semerbak Coffee sangat dekat jaraknya dari rumah, maka saya bisa berangkat agak siang dibanding waktu saya bekerja di daerah Kuningan. Dan bisa pulang lebih cepat, saat matahari sore masih bersinar :) Jadi bisa bermain dengan anak-anak sebelum berangkat atau sepulang kerja. Katanya, pemberian untuk anak-anak tidak melulu harus berupa barang atau mainan, tapi juga experience. Pengalaman beragam kejadian yang berbeda-beda, akan memperkaya dan mempercepat pertumbuhan otak anak. Dan experience itu tidak harus berarti ke tempat-tempat atau kegiatan-kegiatan yang mahal. Bisa dengan bermain sepeda atau jalan kaki keliling kompleks. Atau seperti kami kemarin jalan-jalan ke Kota Tua naik kereta Commuter Line AC.  Mengunjungi museum-museum yang ada di sana. Supaya tidak terlalu ramai, kami lakukan di waktu weekdays.  Nah, itu salah satu keuntungannya lagi. [caption id="attachment_659" align="aligncenter" width="470" caption="Di Museum Bank Mandiri, Kota Tua, Jakarta"][/caption] Juga waktu bersama pasangan jadi lebih banyak. Saya dan isteri sekarang sering “kencan” berdua, nonton atau makan di luar rumah. Dan itu lebih sering kami lakukan di waktu weekdays. Mal dan tempat makan tidak ramai, dan biasanya tiket bioskop lebih murah. Dulu, pada saat kami sama-sama bekerja, hal ini jarang kami lakukan. Karena, di hari kerja kami sama-sama pulang malam, dalam keadaaan lelah, dan akhir pekan sibuk dengan anak-anak. Kadang saya ajak isteri ikut serta jika ada pameran atau kegiatan di luar kota. Seperti waktu Semerbak Coffee ikut pameran halal MIHAS di Kuala Lumpur. Atau waktu saya diminta sharing oleh teman-teman TDA Lampung di acara mereka dan di event Lampung Fair. Tentunya kualitas hubungan kami jadi meningkat karena kegiatan-kegiatan ini. Dan di atas itu semua, saya bisa punya waktu lebih banyak untuk diri saya sendiri. Bersambung ke Bagian-2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline