Lihat ke Halaman Asli

Mari Berwirausaha. Sekarang!

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Headline harian Kontan kemarin memberitakan tentang demo ribuan karyawan Telkomsel menuntut diberlakukannya perjanjian karyawan-perusahaan yang telah pernah disepakati. Sehari sebelumnya, di harian yang sama, headline-nya berbunyi “Setelah Indosat, XL Axiata juga mengurangi ratusan pegawai tetap”. Ada apa ini? Bidang usaha telekomunikasi, yang beberapa tahun belakangan ini sedang bagus-bagusnya, sedang berkembang pesat, bermasalah dengan karyawan? Saya di sini tidak akan membela karyawan atau perusahaan. Saya hanya mau cerita, saya pernah berada di posisi karyawan yang tiba-tiba di PHK. Perusahaan tempat saya bekerja selama tujuh tahun sejak setelah lulus, tiba-tiba ditutup oleh kantor pusat di Houston, Amerika Serikat. Pengumuman bahwa perusahaan akan ditutup hanya satu bulan sebelum tanggal penutupannya. Mau apa kita? Demo ke kantor pusat? Apa hak kita? Tindakan kantor pusat Houston kepada kantor cabang Jakarta saat itu mungkin sama seperti manajemen yang menutup divisi yang tidak profit dan menghabiskan biaya. Hal yang biasa dalam dunia industri. Pengalaman kedua menimpa istri saya sekitar setahun yang lalu. Perusahaan tempatnya bekerja saat itu memang sedang downsizing. Tepat sebulan setelah dia masuk kembali pasca cuti hamilnya, dia dapat surat PHK. Dan itu tepat sebulan sebelum dia pas mempunyai masa kerja 3 tahun. Batas seorang karyawan mendapat uang jasa lebih besar di perusahaan tempat dia bekerja. Benar sekali kisah yang diceritakan Spencer Johnson MD dalam buku best-seller –nyaWho Moved My Cheese”. Untuk Anda yang belum membaca bukunya, silakan beli. Buku ini bagus sekali untuk membuka wawasan kita tentang perubahan. Untuk ringkasan singkatnya sementara bisa baca di sini. Kita merasa pekerjaan kita aman. Ternyata kita bisa di-PHK oleh perusahaan tempat kita bekerja kapan saja. Kita merasa perusahaan kita aman. Ternyata bisa bangkrut, atau ditutup oleh kantor pusat atau ditutup oleh dewan komisaris kapan saja. Jangankan perusahaan lokal, perusahaan raksasa kelas dunia yang juara di bidangnya seperti Nokia dan RIM Blackberry, pun tidak luput dari downsizing. Tidak hanya perusahaan, sebuah negara pun bisa bangkrut. Negara-negara maju di Eropa, yang beberapa waktu lalu begitu berjaya, kini satu per satu berjuang melawan kebangkrutan. Bahkan Amerika Serikat, sang adikuasa dunia, sedang berjuang jungkir balik menghadapi krisis ekonomi negaranya. Sesuatu yang selama ini kita anggap sebagai comfort zone, sudah tidak comfort lagi. Dunia sedang berubah. “Tak ada yang abadi” kata Peter Pan. Sebagai orang yang pernah merasakan bekerja sebagai karyawan selama 15 tahun, sebagai orang yang pernah merasakan kondisi di-PHK dua kali dalam keluarga, sebagai orang yang pernah berstatus amphibi –hidup di dua dunia, karyawan dan wirausaha, dan sekarang sebagai orang yang full-wirausaha, Saya hanya ingin mengajak rekan-rekan yang sekarang berstatus karyawan, mari kita mulai berwirausaha. Untuk apa? Ya untuk berjaga-jaga. Just in case. Siapa tahu… Iya kan? Tidak usah berpikir terlalu rumit. Tidak usah berpikir terlalu besar. Lakukan apa saja yang kita bisa untuk memulai. Think big, but start small. And the important thing is: Act NOW. Kita boleh berpikir besar, tapi awalilah langkah memulai dengan yang kecil. Dan yang lebih penting adalah: action SEKARANG. Mari kita bangun usaha part-time kita. Dengan serius dan fokus. Tidak ada lagi waktu yang tepat selain sekarang. Minimal kita mendapat penghasilan tambahan dari usaha tersebut. Syukur-syukur usaha kita berkembang, dan suatu waktu nanti usaha yang tadinya hanya sebagai cadangan, malah bisa menjadi sumber penghasilan utama. Dan dengan kesungguhan tekad, mungkin sekali kita bisa melepaskan status karyawan kita, dan menjadi full time pengusaha. Itu yang saya alami empat bulan lalu. Lengkapnya saya ceritakan disini. Terus terang Saya bukan pengikut aliran nekat keluar kerja lalu buka usaha. Yang penting bukan lah status bahwa anda menjadi seorang pengusaha. Yang lebih penting adalah Anda memiliki mental pengusaha. Anda bisa saja langsung keluar kerja dan menjadi pengusaha, tapi mungkin mental anda masih mental karyawan. Jika usaha anda mengalami kegagalan, Anda bisa balik lagi menjadi karyawan. Sudah banyak saya bertemu orang-orang seperti ini. Nah, sambil anda melakukan usaha secara part-time, di situ lah anda juga sambil membangun mental pengusaha tersebut. Kenapa mental ini penting? Karena perkembangan usaha kita akan sebanding dengan perkembangan mental kita. Tidak mungkin seseorang yang bermental kerdil, tapi punya usaha yang besar. Tapi masalahnya, kita tidak mungkin memupuk mental pengusaha, jika kita tidak mulai buka usaha kan? So.. Think Big-Start Small-Act Now. . Depok 12.11.11 Muadzin F Jihad Twitter @muadzin Owner Semerbak Coffee




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline