Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) UGM meneliti Serbuk Biofertilizer Diperkaya Temu Hitam dan Tembakau untuk Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Tahan Antraknosa.
Penelitian tersebut dilakukan oleh lima mahasiswa lintas disiplin yaitu Sheva Rimma Dhanty (Biologi 21), Adzkiya Aqmaliza Rahmattillah (Biologi 21), Laeli Maulidia Mubarok (Proteksi Tanaman 21), Muadz Fikri Gunawan (Mikrobiologi Pertanian 21), dan Ridho Nur Alam (Biologi 22) di bawah bimbingan Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc. Penelitian dilakukan untuk menguji efektivitas serbuk biofertilizer yang diperkaya ekstrak rimpang temu hitam dan daun tembakau dalam meningkatkan ketahanan tanaman cabai rawit terhadap penyakit antraknosa, melalui mekanisme peningkatan pertumbuhan tanaman dan penghambatan terhadap pertumbuhan koloni fungi Colletotrichum sp. Penyebab antraknosa.
Sheva menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan berawal dari kekhawatiran akan penurunan produksi cabai rawit di Indonesia akibat serangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh fungi Colletotrichum sp. Kondisi ini diperparah oleh penggunaan pestisida sintetik yang memberikan dampak buruk, seperti resistensi patogen dan pencemaran lingkungan.
"Serangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh fungi Colletotrichum sp., menjadi salah satu faktor penyebab penurunan kualitas produksi cabai rawit. Hal ini. menjadi permasalahan yang serius bagi petani. Dalam mengendalikan penyakit ini telah digunakan senyawa sintetik yang justru menyebabkan dampak buruk, seperti resistensi patogen terhadap obat dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengendalian antraknosa yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Hal ini, mendorong dilakukannya penelitian untuk mengkombinasikan biofertilizer dan fungisida organik dalam bentuk serbuk dari ekstrak rimpang temu hitam dan daun tembakau guna mengantisipasi antraknosa pada cabai rawit," paparnya.
Penelitian ini dimulai sejak bulan Juli dengan melakukan pembuatan serbuk biofertilizer dan fungisida organik. Tahapan awal melibatkan pembahanan dan preparasi isolat bakteri PGP, serta disuspensikan dalam putih telur, dan dihomogenisasi. Suspensi bakteri dalam putih telur dikeringkan dalam inkubator hingga membentuk film tipis. Sementara itu, serbuk fungisida organik disiapkan melalui preparasi dan ekstraksi bahan-bahan organik seperti rimpang temu hitam dan daun tembakau, diikuti oleh proses foam mat drying. Setelah kedua serbuk tersebut berhasil dibuat, peneliti mengaplikasikannya pada tanaman cabai rawit dan kultur murni Colletotrichum sp. Pada akhirnya, data pengujian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode statistik one way ANOVA pada perangkat lunak SPSS, yang kemudian diikuti dengan uji Duncan untuk menentukan perbedaan hasil antar kelompok uji dan kontrol. Penelitian ini telah melibatkan serangkaian tahapan yang cermat dan komprehensif, dimulai dari persiapan bahan hingga analisis data, untuk menguji efektivitas produk yang dikembangkan dalam meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman cabai rawit terhadap penyakit antraknosa.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ada beragam kemajuan signifikan yang tercapai melalui pemberian serbuk biofertilizer yang diperkaya dengan fungisida organik 10% dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang dirancang telah berhasil meningkatkan ketahanan tanaman cabai rawit. Pertumbuhan tanaman meningkat, terbukti dari peningkatan bobot biomassa kering yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, perlakuan juga terbukti sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni fungi Colletotrichum sp., dengan persentase penghambatan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Temuan ini memberikan wawasan yang berharga bahwa kombinasi serbuk biofertilizer dan fungisida organik dapat memberikan solusi yang efektif dalam mengatasi antraknosa pada cabai rawit. Pemberian biofertilizer yang diperkaya fungisida organik 15%, khususnya, menonjol sebagai pilihan terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sambil secara efisien mengendalikan kolonisasi fungi penyebab penyakit. Penelitian ini menunjukkan potensi besar dalam pengembangan metode pengendalian penyakit tanaman yang ramah lingkungan dan efisien secara ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H