Sekejap mata meredup, saat kusut mulai menusuk. Terajam pejam dalam buaian hamparan kayu yang pasrah dalam tikaman. Kuarahkan kaki ke lorong yang langsung membuka tirai ke bagian lain kehidupan.
Lembaran rumput yang tak rata, mulai berubah keemasan di awal kemarau yang parau. Seorang pemancing melempar umpan di genangan sawah yang menangkap hujan terakhir di bulan Mei. Ditontonnya dia oleh sekelompok tukang yang mencandai karena tak kunjung dapat ikan. Tak lama lagi, mungkin dia tak bisa memandang keramaian bocah menenteng bungkusan es teh instan. Tak bukan karena terhalang oleh rambatan batu yang disusun oleh sekelompok tukang tadi. Pahit memang, dia akan kehilangan hiburan saat joran pancing terlalu lama. merenung.
Kepahitan itu mengingatkan dia saat bertamasya ke keraton. Ditengah hiruk pikuk pedagang asongan, dia menyaksikan copet yang begitu senyap memangsa dompet seorang ibu. Tersenyum kecut dia menyaksikan itu, tanpa berani melapor kejahatan di depan matanya. Dalam gumam hatinya ingin berkhotbah, selapar apa copet itu sehingga tega mencabik hati seorang ibu yang berniat membelikan mainan untuk anaknya.
Berpaling dari situ, dia tertegun menyaksikan barisan laskar muda yang tengah apel di bawah terik. Badan tegap terpanggang, kaki jenjang berselimut komprang. Tatapan panjang mereka dipandangkan ke seseorang di depan. Seorang komandan menuturkan wejangan dengan tatapan yang sekejap meneduhkan kepala mereka.
Diawali dengan tarikan lembut nafasnya, dia mengeluarkan suara setengah serak diselingi senyum yang mengembang.
"Yuhhh manfaatkan segala fasilitas yang ada, makan minum snack dan lain-lain secara bijak. Fasilitas bangsal, kamar tidur, mandi dengan segala isi dan sekitarnya silahkan dijaga, dirawat dengan baik sebagai bentuk terima kasih karena sudah diberi fasilitas. Kalau ngeluh ya rasanya ada yang kurang terus. Sejauh pantauan saya, fasilitas yang ada sudah sangat cukup. Pernah semenderita dan sesengsara apa sehingga harus mengeluh dan tidak merawat fasilitas yang ada ?
Ikuti aturan tata tertib yang ada".
Sambil membenarkan cara berdirinya, komandan melanjutkan wejangannya.
"Diatur, ditata, ditertibkan memang tidak enak...apakah itu yang kalian rasakan ?
Setiap aturan tata tertib sebenarnya dibuat agar semuanya teratur, tertata dan menertibkan yang melenceng. Bisa dipastikan bahwa kalian semua pasti pada pengin hidupnya teratur, tertata, dan tertib.
Kalau ada uang saku ya gunakan untuk keperluan sekolah dan pribadi. Atau ditabung malah jauh lebih baik sebagai bekal nanti. Makan, minum, snack dari asrama cukup mengenyangkan".
Dengan sedikit mendongakkan kepalanya ke atas, dengan harapan dia semakin terlihat oleh bagian belakang, dia kemudian bertanya, "Apa iya harus jajan diluar agar bisa kenyang ?.
Apa karena bosen dengan menu itu saja ?.
Kalau masalah bosan ya tidak ada ujungnya, karena itu nafsu. Tapi kalau ngejar sekedar kenyang pasti bisa.
Kalo ada yang berkurang porsi, atau rasa bosen memuncak, silahkan lapor ke pamong agar bisa diteruskan ke atas. "
Diakhir penuturannya, dia mengajak anggotanya dengan berkata, "perbanyak syukur, dan terimakasih. Berusahalah untuk terus berbuat baik, niati dan jalani secara ikhlas sebagai bentuk ibadah kepada Alloh SWT. Karena kalian tak tahu sampai kapan kalian hidup.