Lihat ke Halaman Asli

Penyuluhan Terkait Bullying oleh Bhabinkamtibmas di SDN 2 Wringinsongo

Diperbarui: 25 Januari 2024   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi 22 Januari 2024

Pelaksanaan upacara bendera di SDN 2 Wringinsongo tetap dilaksanakan meskipun langit mendung pada Senin (22/01/2024) minggu ini. Para petugas yang merupakan murid dari SDN 2 Wringinsongo nampak dengan tertib merapikan barisan. Murid-murid yang berada dalam barisan mengenakan seragam rapih beserta topi. Guru-guru turut berbaris dengan rapi di sisi lapangan, mengikuti upacara bendera bersama para murid.

Terlihat ada yang berbeda pada upacara 22 Januari kemarin. Upacara yang biasa diikuti oleh murid, guru, dan staff SDN 2 Wringinsongo, Senin kemarin diikuti oleh Bhabinkamtibmas Latifa. Sebagai pembina upacara, Bhabinkamtibmas Latifa mengawasi dan membina jalannya upacara bendera SDN 2 Wringinsongo.

Upacara bendera SDN 2 Wringinsongo berjalan dengan lancar. Mulai dari awal menyiapkan barisan, penghormatan kepada pemimpin dan pembina upacara, pengibaran bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, mengheningkan cipta, penyampaian amanat oleh pembina upacara, hingga selesai pembubaran upacara bendera. Ketika menyampaikan amanat, Bhabinkamtibmas melakukan penyuluhan terkait bullying (perundungan).

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Bhabinkamtibmas, bullying memiliki 2 bentuk: verbal (secara lisan) dan non-verbal (secara non lisan). Tanpa sadar, perlakuan bullying telah dilakukan oleh kita semua. Maka dari itu, Bhabinkamtibmas memberikan beberapa contoh bullying verbal dan non-verbal kepada murid-murid SDN 2 Wringinsongo.

Menurut Bhabinkamtibmas, bentuk bullying verbal di antaranya adalah memanggil teman dengan nama ayah. Memanggil nama teman menggunakan nama ayah dengan intensitas mengejek dan mencemooh sangat sering terjadi di antara anak sekolahan, bahkan mahasiswa. Perbuatan ini sama dengan merundung teman dan tidak mencerminkan sikap menghormati orang tua. Selain itu memanggil teman dengan julukan buruk seperti gemuk dan ireng (bahasa jawa, arti: hitam). Segala bentuk ejekan dan cemoohan melalui lisan dapat dikategorikan sebagai bullying verbal.

Bullying non-verbal merupakan bentuk perundungan non-lisan atau secara fisik. Bhabinkamtibmas menyampaikan, salah satu contoh bullying non-verbal adalah dengan sengaja memukul teman secara terus menerus dikarenakan kebencian. Segala bentuk perundungan dan gangguan yang menggunakan fisik dan mengenai fisik dapat dikategorikan sebagai bullying non-verbal.

Bhabinkamtibmas juga menyebutkan bullying dapat memberikan dampak buruk terhadap korban. Korban bullying akan mengalami trauma untuk ke sekolah. Korban bullying takut akan bertemu dengan pelaku bully. Korban bully akan berpotensi untuk putus sekolah hanya demi menghindari pelaku bully, bahkan dampak terparahnya bullying dapat mengarahkan korban untuk melakukan bunuh diri. Bhabinkamtibmas dengan sangat tegas mengimbau murid-murid untuk melawan perilaku bullying dengan tidak melakukannya dan melaporkan apabila melihatnya.

KKM Kelompok 136 UIN Malang

DPL:

Ulfi Andrian sari, M.Pd.

Anggota:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline