Ya ya ya, aku tahu. Kompasiana ini bukan tempat main para lansia, minoritas Baby Boomers (BB). Ini wilayah kekuasaan mayoritas YZ-ers.
Aku sendiri adalah seorang lansia. Boleh dong aku berbagi gagasan dengan sesamaku, para BB-ers yang (mungkin) masih ingin tampak tegar dan segar itu.
Wahai YZ-ers, tolong jangan tertawa. Sebab kelak engkau akan menjadi lansia juga. Dan bila tiba waktumu, kupastikan engkau akan menyesal telah melewatkan tulisan ini.
Mungkin ayah-ibumu atau kakek-nenek kini sudah lansia juga. Jangan malu, akui saja. Bacakan artikel ini untuk mereka. Maka besarlah pahalamu di surga.
Lewat tulisan ini, aku hendak berbagi gagasan aksi bikin sketsa (sketching). Itu baik untuk kesehatan para lansia.
Tapi tentu saja ini ceritaku, ya. Seturut pengalaman subyektifku.
Boleh aku, lansia ini, mulai berceloteh?
Motorik Halus dan Sketsa
Bagi seorang lansia, kegiatan bikin sketsa itu sehat. Setidaknya bisa menjaga kemampuan motorik halusnya.
Sekadar mengingatkan, motorik halus itu keterampilan penggunaan otot-otot kecil. Semisal otot jemari tangan, pergelangan tangan, dan mata.
Sedangkan sketsa adalah gambar dasar. Bukan karya akhir, hanya semacam rencana atau konsep.