"Punya ide pengembangan obyek wisata baru untuk Samosir?" Seorang teman mengajukan pertanyaan yang sangat menantang.
Obyek wisata baru? "Apakah wilayah Kabupaten Samosir kekurangan obyek wisata?" Saya bertanya balik dalam hati. Kemudian mencoba mencerna arah pertanyaan itu.
Saya mulai membuat daftar obyek wisata Samosir dalam benak. Mulai dari yang terbaru di sekitar Pangururan yaitu Jembatan dan Terusan Tanoponggol, Waterfront City Pangururan, dan Kampung Tenun Hutaraja. Juga Patung Yesus Bukit Sibea-bea di sisi barat danau Kaldera Toba.
Lantas yang belum terlalu lama, masih di sisi barat Kaldera Toba, ada obyek wisata Bukit Holbung, Batu Hobon, Batu Sawan, dan Air Terjun Sitapigagan. Serta situs kampung tua Pagarbatu yang terabaikan di sisi timur pulau.
Ada juga obyek wisata yang sudah cukup lama. Antara lain Pantai Parbaba dan Pantai Batu Hoda di ujung utara Pulau Samosir serta Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang di punggung Pulau Samosir.
Terakhir, obyek wisata yang sudah sangat lama, terbilang perintis. Mana lagi kalau bukan komplek makam Raja Sidabutar di Tomok dan, tetangganya, Kampung Adat Siallagan di Simanindo.
Kalau dipikir-pikir, wisata Samosir itu kini cukup lengkap. Ada wisata alam (gunung, bukit, air terjun, sungai, sawah, danau, pantai), budaya (makam batu, kampung adat, ritual adat, situs megalitik, tenun adat), dan geologi (batu hobon, batu sawan, dan singkapan batuan di Pusukbuhit). Apanya lagi yang kurang?
Apakah masih perlu mencari-cari obyek wisata baru? Atau sebenarnya yang diperlukan adalah memberi kebaruan pada obyek wisata yang lama atau sudah ada. Suatu kebaruan yang menjadi pembeda dibanding sebelumnya, sekaligus nilai tambah untuk obyek wisata itu.
Saya pilih cara pandang tersebut terakhir -- yaitu memberi kebaruan pada yang lama atau terdahulu -- untuk menjawab pertanyaan teman itu.