Pecel Yu Jum agaknya sudah menjadi penanda bagi Gua Maria Kerep, Ambarawa. Itu yang kutangkap dari obrolan daring dengan kawan-kawan se-WAG yang sudah pernah berziarah ke sana.
Mereka tahu aku akan berziarah ke Gua Maria Kerep, di sela-sela waktu kegiatan di Rumah Retret Pangesti Wening, Ambarawa. Gua itu tak jauh di belakang rumah retret tersebut.
"Jangan lupa mampir di warung pecel Yu Jum." Seorang kawan, terbilang pejalan, mengingatkan dalam percakapan via WAG.
"Heran, kenapa Yu Jum yang lebih dulu disebutnya. Kenapa bukan Bunda Maria," pikirku.
Katanya lagi, Yu Jum yang sekarang ini adalah Yu Jum muda, anak perempuan Yu Jum tua. "Hmm, ada story apa kawan itu dengan Yu Jum muda?"
"Jangan lupa, ada warung b-satu dan b-dua di bawah, di simpang jalan masuk ke gua." Seorang teman lain mengingatkan.
Astaga! Kok yang diingatkan soal pecal, B1 dan B2, sih? Aku ini berniat wisata rohani ke Gua Maria Kerep, lho, bukan wisata kuliner.
Tapi menambahkan peluang wisata kuliner, atau yang lainnya, pada suatu destinasi wisata rohani mungkin sebuah kelaziman juga kini. Di gereja beberapa kali saya mendapat brosur promosi wisata "ziarek", ziarah dan rekreasi ke Gua Maria Lourdes, Prancis. Pemasar mungkin berpikir, "Kalau tak minat ziarah, setidaknya tertarik ikut rekreasi ke Prancis."
Lha, kalau begitu sisi rekreasi itu bisa bermakna ganda, sebagai tujuan utama atau sebagai pelengkap. Lalu ikhwal pecel Yu Jum itu, apakah sebagai tujuan utamakah bagiku, atau sekadar pelengkap saja?