"Sudah pernah ke Pagarbatu? Itu situs megalitikum Batak tua yang dahsyat. Lebih lengkap dibanding situs Tomok dan Siallagan."
Seorang teman lama di Tomok bertanya dengan nada pamer dalam percakapan di WAG. Itu membuatku jadi penasaran.
"Di sana ada lesung lima mata, sarkofagus, tembok batu raksasa, batu tambatan perahu, dan gua berdaya tampung seratusan orang," lanjutnya, membuat rasa ingin tahuku meronta-ronta.
"Kalau kau bohong, kawan, maka kau berhutang secangkir kopi Sigararutang padaku." Aku merutuki kawan lama itu dalam hati.
Naluri risetku tak bisa dibendung lagi. Segera aku berselancar di dunia maya. Menyisir setiap relung untuk mendapatkan serpihan-serpihan informasi tentang Pagarbatu.
Sebuah perjalanan maya ke Pagarbatu telah kulakukan. Inilah laporannya.
Situs Perkampungan Batak Tua
Pagarbatu itu ternyata situs parhutaan, perkampungan Batak tua. Berada di sebuah bukit berhutan di bantaran timur Pulau Samosir, situs ini berada dalam wilayah administratif Desa Pardomuan, Kecamatan Simanindo. Lokasinya sekitar 9 km ke arah selatan dari Tomok. Di seberang timurnya, terhubung oleh selat sempit, terhampar lembah Sigapiton, Uluan.
Pagarbatu berada dalam suatu wilayah yang dikenal sebagai Negeri Lontung. Ini sebuah lembah sempit yang memanjang di sisi timur Pulau Samosir. Berada di antara Onanrunggu di selatan dan Tomok di utaranya.
Dari namanya jelas marga raja di negeri ini adalah keturunan Siraja Lontung, putra Sariburaja dari perkawinan inses dengan adiknya Siboru Pareme. Situmorang adalah anak pertama Siraja Lontung, hasil perkawinan inses juga dengan ibunya sendiri. Keturunan Situmorang itulah pemukim pertama sekaligus salah satu marga raja di Negeri Lontung. [1]