Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Pengalaman Riset Skripsi di Tulangbawang Lampung Tahun 1984 (Bagian 5)

Diperbarui: 25 Oktober 2023   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh rumah transmigrasi pada tahun-tahun awal (Foto: via disway.id)

Menemukan informan kunci itu susah-susah gampang.  Sudah ketemu pun, belum tentu juga mudah ditemui.  Faktor kesibukan informan di luar rumah kerap menjadi kendala.

Ada dua kategori informan yang kuperlukan untuk riset skripsi. 

Pertama, tokoh formal di tiga UPT (I, II, IX) lokasi riset yaitu Kepala UPT dan PPL Transmigrasi setempat.  Kepala UPT diperlukan sebagai sumber informasi tentang kondisi dan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat transmigrasi di UPT-nya. Sedangkan PPL diperlukan untuk memberi informasi rencana, pelaksanaan, dan hasil kegiatan penyuluhan pertanian di UPT yang menjadi WKPP-nya. 

Kedua, tokoh informal di tiga UPT lokasi riset yaitu kontak tani dan ketua kelompok tani. Aku menemukan kontak tani dalam prakteknya juga adalah ketua kelompok tani.

Informasi tentang nama-nama kontak tani dan ketua kelompok tani itu aku dapatkan dari PPL.  Demikian juga dengan alamat tinggalnya. 

Setelah mendapatkan nama-nama informan dan alamatnya, maka selanjutnya adalah kunjungan ke rumahnya untuk wawancara informal.  Tanpa daftar pertanyaan atau kuesioner.  Hanya bermodal pensil dan buku tulis untuk mencatat isi pembicaraan.

Transmigran Asal Jawa Barat Kurang Tangguh

Dari hasil wawancara informal dengan para informan, aku mendapat gambaran umum kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat transmigran.  Juga tentang kondisi pertanian pangan setempat dan masalah-masalah yang menyertainya.

Aku mendapat informasi tentang bagaimana beratnya tahun-tahun awal transmigran tiba di Tulangbawang.  Betul bahwa setiap keluarga mendapat satu unit rumah dan 0,50 hektar lahan pekarangan di belakangnya. Lalu tiap keluarga juga mendapat 2.0 hektar lahan usaha perkebunan.  

Tapi jangan dikira rumah langsung dapat ditinggali dan tanah pekarangan langsung dapat ditanami.  Jangan tanya tentanh 2.0 ha lahan usaha yang masih berupa hutan sekunder.  

Perlu kerja keras, sangat keras.  Rumah masih harus dibersihkan dari tunggul-tunggul kayu.  Begitupun lahan pekarangan masih harus dibersihkan dari semak belukar dan pohon-pohon besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline