Kota itu laknat. Mungkin semacam Sodom dan Gumora. Atau barangkali seperti Ninive yang belum tobat.
Sodom, Gumora, dan Ninive. Itulah definisi kota itu. Sehingga tak perlu lagi pemerian. Cukup baca saja kisahnya dalam Kitab Suci.
Senja yang kelam mulai meringkus kota itu. Tak ada lembayung di ufuk barat tadi. Juga tak ada rembulan di timur kini.
Langit kota legam saja oleh kabut jelaga yang menyembur dari ratusan cerobong pabrik-pabrik piaraan para koruptor.
Kota itu bukan lagi rumah manusia. Lebih tepat disebut sarang zombie. Sekurangnya suaka Homo homini lupus.
Zombie dan Homo homini lupus. Dua label yang lebih dari cukup untuk menggambarkan tabiat dan relasi sosial warga kota itu.
Tak ada kejahatan yang terlarang di sana. Penjara kota itu dijejali orang-orang baik. Mereka divonis bersalah karena menghalang-halangi perbuatan jahat.
Di kota yang dekaden itulah Dokter Isroba membuka klinik penghilang jejak bejat.
Dokter Isroba. Begitu warga kota mengenal dan menyapanya. Tak ada orang yang pernah memeriksa latar belakangnya.
Juga tak ada yang perduli dia sebenarnya dokter gadungan. Penipuan dan pemalsuan adalah kopi pagi bagi warga kota itu.