"Tigapuluh September" masih lebih dari 30 hari lagi, tapi Roy Suryo sudah mulai ribut dengan isu PKI.
Gara-garanya, saat perayaan ulang tahun ke-78 RI di Istana Negara pada 17 Agustus 2023 yang lalu hadirin berjoged-ria merespon lagu Rungkad yang rancak dibawakan Putri Ariani.
Aksi joged itu, kata Roy nih, mengingatkannya pada satu adegan menari-nari dalam film (Penumpasan) Pengkhianatan G 30 S PKI besutan Arifin C. Noer tahun 1984. Maksud Roy adalah adegan aktivis Gerwani menari-nari (erotis) diiringi lagu Genjer-Genjer di Lubang Buaya. Itu dipersepsikan sebagai tarian "pesta pora" merayakan sukses PKI menculik dan membunuh enam orang jenderal dan seorang kapten TNI AD.
Menurut tuturan Roy, dia sedang dalam perjalanan dari Gunung Kidul ke Pacitan pada 17 Agustus 2023. Katanya dia berhenti sejenak untuk mengheningkan cipta saat detik-detik peringatan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Lalu dilanjutkan dengan menonton siaran perayaan ulang tahun kemerdekaan RI dari Istana Negara.
Nah, kata Roy, saat Putri Ariani menyanyikan lagu Rungkad dan hadirin turun bergoyang joged di halaman istana, dia tiba-tiba teringat adegan menari-nari dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI itu.
Kok bisa-bisanya, ya, imajinasi Roy Suryo ngacleng ke adegan fiktif dalam film dokudrama propaganda Orde Baru itu. Liar banget, ya. Kenapa misalnya gak kepikiran konser Didi Kempot?
Lagian, Roy kan mengaku sedang mengheningkan cipta mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan. Bukan mengheningkan cipta mengenang Tujuh Pahlawan Revolusi yang gugur di Lubang Buaya.
Tambah aneh karena pada perayaan HUT ke-77 di Istana Negara tahun lalu, hadirin juga bergoyang merespon lagu Ojo Dibandingke yang didendangkan Farel Prayoga. Tapi Roy Suryo diam saja, tuh. Apa mungkin karena sibuk berkelit dari sangkaan penistaan agama terkait ulahnya mengunggah meme stupa Borobudur berwajah Jokowi? Atau karena keramaian politik Pilpres 2024 masih jauh?
Barangkali, sangat mungkin ya, konteks omongan Roy itu adalah politik Pilpres 2024 yang kini grafik keriuhannya sedang menanjak. Karena itu sukar diterima akal sehat bila penyejajaran goyang faktual perayaan kemerdekaan di Istana Merdeka dengan goyang fiktif Gerwani di Lubang Buaya adalah sesuatu yang bersifat seketika. Lebih logis jika hal itu telah didahului sebuah refleksi.
Begini. Roy menonton upacara dan perayaan HUT ke-78 itu tanggal 17 Agustus 2023. Jika imajinasinya itu spontan, Roy mestinya sudah membagikan pikirannya itu lewat Twitter atau IG pada hari itu juga. Tapi dia baru mengungkap pandangannya itu tanggal 23 Agustus, enam hari kemudian, dalam sebuah diskusi di TVOne yang dibagikan lewat YouTube Viva.co.id.