Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Dokter Richard Lee, Farel Aditya, dan Budaya Kemiskinan

Diperbarui: 18 Agustus 2023   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokter Richard Lee (kanan) dan Farel Aditya (kiri) (Sumber: Instagram/@dr.richard_lee via suarasumbar.id)

Ada beda kerja keras antara orang susah dan orang sukses. Kerja keras orang susah: pulang sekolah menyapu, mencuci, dan dan kerja fisik lainnya. Kerja keras orang sukses: pulang sekolah ikut les dan giat belajar. -dr. Richard Lee

Ujaran dr. Richard Lee di atas adalah pembandingan etos kerja orang susah dan orang sukses. Dia sedang bicara tentang Farel Aditya, anak SMA swasta  dari Medan Sumatera Utara yang diangkatnya "adik", lalu dipindah bersekolah ke satu SMA swasta terbaik di Palembang, Sumatera Selatan.

Farel itu, sebagaimana pengakuannya dalam kanal siniar dr. Richard, adalah "anak susah", korban broken home dari kakek-nenek sampai ayah-ibu. Kesannya, dia semacam nobody's child yang dirawat neneknya sejak bayi.

Trenyuh atas kisah sedih itu, dr. Richard langsung mengangkat Farel jadi "adik"nya. Lalu memfasilitasinya pindah sekolah ke SMA Xaverius 1 Palembang. Menyediakan kamar kost, biaya sekolah, perlengkapan sekolah, motor, uang saku Rp 3 juta/bulan, dan santunan untuk neneknya Rp 2 juta/bulan. Juga melunasi semua utang Farel di Medan.

Target dr. Richard, lulus SMA, Farel tembus masuk Fakultas Kedokteran UI, dan lulus menjadi dokter hebat. Sebab jika ingin kaya sekaligus mulia, kata dr. Richard, jadilah dokter. Jangan jadi guru, seperti maunya Farel, sebab guru itu tidak bisa kaya walaupun mulia. 

Farel setuju, bersemangat juga. Dokter Richard senang.

Tapi terlalu jauhlah ekspektasi dari realita. Baru tiga hari Farel masuk sekolah di SMA Xaverius, dia sudah langsung minggat, pulang ke Medan. Alasannya stres karena tak mampu mengikuti pelajaran, teman sekelasnya tak koperatif, dan kesepian sendiri di kamar kost.

Keputusan Farel sudah final, one way ticket. Dokter Richard kecewa berat. Itikat baiknya dicampakkan Farel begitu saja.

Kasus dr. Richard versus Farel ini sontak viral menasional. Respon warganet +62 sudah bisa ditebak. Ɓoleh dikata, hampir semua mencela dan menghakimi Farel sebagai orang yang gak tau diuntung, gak tau terimakasih, dan lain-lain label yang buruk-buruk. 

Tapi ketimbang mengecam Farel, lebih baik mencari tahu apa penyebab Farel membuang kesempatan menjadi dokter itu. Konsep budaya kemiskinan dari antropolog Oscar Lewis (1959)mungkin dapat membantu penjelasan. [1]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline