Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Mahasiswa versus Gubernur: Kemiskinan Logika dalam Kritik Pembangunan Lampung

Diperbarui: 26 April 2023   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dan tiktoker Bimo Yudho (Foto: via tribunnews.com)

Lampung tidaklah buruk seperti kritikan mahasiswa Bimo Yudho, tapi mengapa Gubernur Lampung Arinal Djunaidi sangat resisten terhadap kritik?

Kemiskinan logika, ya, kemiskinan logika. Untuk tak mengatakan cacat logika atau sesat pikir. Itulah penjelasan dibalik resistensi itu.

Ironisnya, bukan hanya Gubernur Lampung Arinal -- mewakili semua stafnya yang terlibat dalam resistensi -- yang miskin logika. Tapi juga Bimo sendiri, mahasiswa "kritis dan berani" (?) yang dielukan, dibela, dan didukung khalayak, sekurangnya oleh warganet.

Saya akan tunjukkan kemiskinan logika pada dua pihak itu, yang mengritik dan yang dikritik. Jenis kemiskinan yang membuat kritik dan atau respon terhadap kritik menjadi tak bermutu. Kecuali bahwa kritik itu menjadi viral sambil menularkan kebodohan massal.

Kritik Mahasiswa yang Cacat Logika 

Kritik Bimo atas pembangunan Lampung lewat akun TikToknya (@awbimaxreborn) langsung mengklaim bahwa "Lampung gak maju-maju". Tapi tidak dijelaskan apa indikator "gak maju-maju" itu dan sejak kapan "gak maju-maju".

Karena itu bisa dikatakan kritik Bimo bersifat normatif, umum, tak didukung oleh data yang valid dan memadai. Frasa "gak maju-maju" itu bisa saja diberlakukan untuk propinsi-propinsi lain di Indonesia. Katakanlah kepada 25 persen dari total provinsi dengan indikator kinerja pembangunan terendah. 

Dengan begitu, klaim Bimo bahwa Lampung "gak maju-maju" itu subyektif, menurut penilaiannya sendiri yang bias pada pengalaman dan pengamatan personal. 

Hal itu terbaca jelas dari empat faktor penyebab "Lampung gak maju-maju" yang diajukannya.

Pertama, keterbatasan infrastruktur. Bimo terutama menyoroti infrastruktur jalan rusak atau tak memadai di Lampung. Padahal jaringan jalan adalah pendukung ekonomi masyarakat.

Masalahnya Bimo tak mendasarkan kritiknya pada data yang valid dan memadai tentang pertumbuhan jaringan jalan di Lampung. Katakanlah dalam 5 tahun terakhir. Berapa kilometer pertambahan jalan aspal, perkerasan sirtu, dan tanah. Apakah positif atau negatif?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline