Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Matinya Seorang Wagtivis

Diperbarui: 11 April 2023   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kuburan, seperti WAG (Dokpri)

Kuburan digital. Itulah WAG Megatruh. Dunia orang-orang mati, orang-orang yang ruhnya sudah pegat dari raga.

Dunia orang megat ruh?

Semacam itulah. Sebab di antara para wagtivis, aktivis WAG, Megatruh sejatinya tak ada tali emosi. Mereka tak saling temu, tak saling kenal.

Hanya saling tahu. Sebagai sesama manusia uzur yang sedang antri menanti panggilan.

Selebihnya adalah kata-kata, gambar-gambar, video-video, stiker-stiker, dan emotikon-emotikon yang siliweran. Persis situasi kuburan pada malam hari.  Hanya ada suara-suara dan bayangan-bayangan hitam atau putih.

Sudah pukul duabelas malam. Tukang mi tektek baru saja lewat. Mukanya rata.

Rohman masih sibuk dengan WAG Megatruh. Dia adminnya. Sedari awal menjadi wagtivis, dia paling aktif.

"Sugeng enjing!"

Itu sapaan rutinnya di WAG. Setiap subuh. Sapaan yang tak pernah berbalas.  Tapi dia tak peduli. 

Dia tak mengharap balasan. Baginya yang terpenting telah menyapa. Sebab sapaan adalah kebajikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline