"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan sepuluh naga. Terus Haman yang namanya Luhut." -Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) [1]
Itu majas alusio.
Ya, ujaran Emha Ainun Nadjib yang kini menjadi kontroversi itu adalah sebuah alusio. Salah satu varian majas perbandingan.
Alusio itu pengibaratan seseorang (sesuatu) menyerupai orang (hal) lain. Jokowi ibarat Firaun, BJ Habibie ibarat Albert Einstein, Mahathir seperti Soekarno, dan lain-lain.
Dari sisi kebahasaan, khususnya gaya bahasa, ujaran Cak Nun lazim saja. Takada salahnya. Itu kreatif dan, untuk kalangan tertentu, mungkin inspiratif.
Lantas mengapa ujaran itu menjadi kontroversi? Bahkan memicu banjir hujatan untuk Cak Nun, walau dia sudah mengaku salah mengujarkan alusio itu.
Itu menarik untuk diulik.
***
Simaklah pengakuan salah Cak Nun.
Perhatikan. Dia hanya mengaku salah telah mengujarkan alusio itu ke ruang publik. Dan dia minta maaf untuk itu.