Tahu kompasianer S. Aji, kan? Kalau gak tahu, kamu pasti bukan tipe orang yang suka baca artikel bermutu.
Saya baru terlibat diskusi kilat dengannya. Tentang tamsil keledai dungu.
Itu karena dia menulis artikel "Cara Argentina Tidak Mengulangi 'Nasib Keledai'" (K. 27/11 /2022).
Saya berkomentar di artikel itu begini:
"Mas Ji. Keledai tak pernah terperosok dua kali ke dalam satu lubang yang sama. Tapi terperosok berkali-kali ke lubang yang berbeda dengan cara yang sama. Contohnya Timnas Qatar. Hahaha."
Balasan Mas Aji:
"Sepakat Engkong Guru. Kebanyakan pikiran fokus pada lubang yang sama, tidak banyak yang curiga dengan cara yang seragam di lubang yang berbeda-beda. Lubang memang berbahaya. Hahaha. Selalu sehat Engkong Guru."
Sekali lagi, hal "keledai dungu" itu hanya tamsil untuk tindakan manusia. Bukan tamsil untuk manusianya.
Sejatinya ada tiga cara untuk menghadapi lubang di jalan. Memutari, melompati, dan memasukinya.
Nah, keledai rupanya selalu memilih cara terakhir ini setiap kali menghadapi lubang baru yang berbeda. Satu kata untuk cara itu: terperosok.