Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Agadon, Relung Terindah di Sisi Timur Danau Toba

Diperbarui: 17 November 2022   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keindahan relung Agadon di sisi timur Danau Toba (Foto: Asmon Pardede)

Agadon, bukan Armagedon. Itu dua kata dengan makna bertolak-belakang. Agadon adalah kedamaian dan keindahan, sekeping surga di dunia. Armagedon adalah perang dan kehancuran di akhir zaman, kiamat dunia.

Barang siapa merindukan surga, mungkin baik baginya pergi ke Agadon. Sebuah relung kecil, setengah lingkaran, di ujung sebuah teluk kecil yang tersembunyi di sisi timur Danau Toba.

Tak banyak orang yang tahu tempat itu. Bahkan di kalangan orang Batak Toba sendiri. Jadi jangankan wisatawan domestik atau mancanegara.

Bukannya tak ada wisatawan yang mampir ke sana. Ada. Tapi jumlahnya terlalu kecil untuk dikatakan ada. Dibanding jumlah wisatawan yang mampir ke Parapat, Tomok, Tuktuk, dan Simanindo misalnya. Atau bahkan jika dibanding jumlah wisatawan yang mampir ke Bukit Holbung dan Sibea-bea di sisi barat Danau Toba.

Tapi mungkin ada baiknya begitu. Agadon, relung damai di sisi timur danau itu, mungkin diciptakan Tuhan untuk wisata hening. Semacam wisata religi tanpa ibadat. Cukup berdiri di sana, di tengah keheningan alam, mengosongkan beban pikiran sebagai ujud syukur kepada Sang Khalik.

Pikirkanlah. Adakah hal yang lebih indah dari itu?

Geowisata Agadon

Agadon itu adalah sebuah relung ekologis yang terbentuk oleh paduan teluk, pantai, lembah dengan sawah bertingkat, sungai yang membelah lembah, dan pemukiman penduduk di dua ujung semenanjung kecil yang mengapit teluk. Andai saja kedua ujung semenanjung itu saling mendekat, maka Agadon akan menjadi sebuah laguna tiada dua.

Relung Agadon dalam Google Map (Tangkapan layar Google Map)

Relung Agadon itu berada di blok kaldera Uluan, berseberangan dengan blok kaldera Samosir. Kedua blok kaldera itu dipisahkan oleh sebuah selat -- disebut Selat Lontung -- yang merentang dari selatan ke utara danau pada sisi timurnya.

Merujuk tuturan R.W. van Bemmelen (1954) dan C.A. Chesner (2011), Samosir dan Uluan itu tadinya adalah patahan puncak Gunung Toba. Saat letusan maha dahsyat 74,000 tahun lalu, patahan puncak itu runtuh menjadi dasar kaldera. Sekitar 33,000 tahun lalu, tekanan magma dari perut gunung mengangkat patahan itu ke permukaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline