Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Kisah Dua Generasi: Ayah Bebas PR, Anak Sarat PR

Diperbarui: 2 November 2022   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak jenuh mengerjakan PR (Foto: Thinkstock via kompas.com)

Manakah yang terbaik? Murid diberi PR, atau dibebaskan dari PR?

Silahkan berdebat sampai tua. Kesimpulannya pasti sebuah daftar perbandingan kelebihan dan kekurangan antara "sekolah sarat PR" dan "sekolah tanpa PR". Lalu saran untuk mengeliminasi kekurangan pada dua pilihan itu.

Selanjutnya?

Ya, kelompok pro-PR tetap mendukung PR dan kelompok kontra-PR tetap mengharamkan PR.

Saya tak tertarik membuat daftar keunggulan dan kelemahan semacam itu. Hal-hal tersebut dapat diperoleh dengan mudah di berbagai situs internet.

Saya hanya ingin berbagi kisah tentang Poltak dan anak perempuannya Tiur -- keduanya pseudonim. Kisah perbandingan dua generasi tentang PR semasa sekolah dasar.

***

Saya mulai dengan kisah Tiur.

Poltak menyekolahkan Tiur di sebuah SD swasta ternama di Jakarta Selatan tahun 2000-an sampai awal 2010-an. Orangtua di Jaksel umumnya melabelinya "sekolah bagus dan mahal".

Bagusnya itu relatif, tapi mahalnya mutlak. Silahkan ditafsir sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline