Pagi ini
kodok itu tiba-tiba saja muncul
entah dari mana, melompat-lompat
di karangkitri.
"Diusir saja, ayah."
Anak gadisku berteriak
dengan sedikit rasa jijik
yang tergambar pada mimiknya
dan nada suaranya.
"Jangan, anakku,
biarkan saja, sebab
mungkin dia seorang pangeran
yang dikutuk, hingga suatu hari
seorang gadis datang menciumnya."
"Pangeran dari Hongkong!"
Anak gadisku melengos pergi. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H