Pikiran di masa kecil difalsifikasi pengalaman empiris di masa dewasa.
Hal itu benar terjadi pada lelaki bernama Poltak -- itu pseudonim.
Semasa kecil di Panatapan, Uluan Toba, Poltak selalu bertanya-tanya tentang kapal terbang -- begitu orang sana menamai pesawat terbang. Kebetulan angkasa di atas Panatapan itu lintasan terbang pesawat dari sana ke situ.
Berdiri di tengah sawah, Poltak kecil takjub memandang kapal terbang jauh di angkasa. Saking jauhnya, kapal terbang itu tampak sebesar peti mati saja.
Poltak lalu bertanya-tanya.
Berapa orang jumlah penumpang kapal terbang itu?
Kata amangudanya, jumlah penumpang kapal terbang itu banyak. Lebih banyak dari jumlah penumpang motor bus "Betahamu", "PMH", "ALS", "Permos", "Sanggulmas", "Bintang Utara", "Martimbang", atau "Sibual-buali". Itu nama-nama motor bus yang melewati Panatapan.
Tapi Poltak kecil sulit menerima penjelasan itu. Di matanya, kapal terbang itu cuma sebesar peti mati. Karena itu dia menyimpulkan penumpang kapal terbang itu cuma satu orang pada posisi tengkurap.
Harap maklum. Poltak kecil belum paham konsep perspektif. Semakin jauh posisi benda dari mata semakin kecil terlihat ukurannya. Begitupun sebaliknya.
Kelak Poltak paham prinsip itu setelah diajari gurunya gambar perspektif di SD.