Ini nasihat serius. Bukan karena Engkong gak suka disamai namanya. Bukan. Nama Felix sudah banyak dipakai orang-orang hebat di dunia ini.
Beberapa contoh bisa disebut di sini. Santo Felix dari Nola, Paus Felix (I-V), ilmuwan biologi Felix Dujardin, komponis musik klasik Felix Bartholdy Mendhelssohn, K-poper Felix Lee, petinju Felix Trinidad, ustad Felix Siaw, kompasianer Felix Tani, dan kucing Felix the Cat.
Coba bandingkan dengan nama Budi. Ah, hanya sohor di buku pelajaran membaca tingkat SD di Indonesia. Ada sih menteri, polisi, anggota DPR, dan kompasianer.
Alasan Engkong melarang adalah fakta kerapnya orang keliru menyebut atau mengeja nama Felix itu. Engkong beri beberapa contoh dari pengalaman empiris, ya.
Tadi pagi Engkong belanja daring tahu susu menggunakan jasa ojol. Saat Bang Ojol menyerahkan tahu di depan rumah, dia mengkonfirmasi, "Bapak pelik, ya." "Tidak, Mas," jawabku, karena Engkong memang bukan orang yang pelik atau sedang menghadapi persoalan pelik. Beli tahu susu secara daring tidak pelik sama sekali.
Itu pengalaman terbaru, ya.
Ada pengalaman lama. Tahun 1982 Engkong KKN di Desa Pondokhaur (pseudonim) di Kecamatan Parung, Bogor. Kepala Desa itu sangat supportif dan akrab dengan Engkong. Sampai-sampai dia memberi nama baru untuk Engkong: Pelek. Nah, Felix menjadi pelek roda motor atau mobil.
Itu belum cukup rupanya. Tahun 1986 di Desa Lebakentog (pseudonim) di Sumedang, Kepala Desa memperkenalkan saya kepada babinsa dengan nama Pilek. Sialnya, pada saat itu Engkong kebetulan sedang pilek pula. Cocok sudah!
Dari semua penyebutan yang kacau itu, paling lumayan adalah perubahan nama Engkong menjadi Felip. Nah, itu kan teman Oki dan Nirmala dalam komik Cerita dari Negeri Dongeng Majalah Bobo.
Ada yang menyebalkan. Teman-teman bule Eropa selalu melafalkan nama saya sebagai "Filex". Ah, pengucapan Bahasa Inggris memang menyebalkan. Bunyi vokal jadi ketukar-tukar.