Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Poltak dan Perpustakaan: Pengalaman Sekolah Negeri dan Swasta

Diperbarui: 1 Juni 2022   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pojok rak buku di perpustakaan pribadi (Dokpri)

"Suatu bangsa akan susah maju jika warganya lebih suka baca twit dan chat yang dangkal dan sempit ketimbang baca buku cerita yang mendalam dan luas."

Kompasiana baru saja menawarkan topik pilihan tentang perpustakaan dan perbandingan sekolah swasta dan negeri. Kompasianer sudah banyak menulis ragam soalan empiris dan teoritis terkait dua topik itu.

Terhadap semua itu, saya ingin menambahkan catatan pengalaman seseorang  bernama Poltak (pseudonim) tahun 1960-an sampai 1970-an.  Itu masa Poltak bersekolah dari SD sampai SMA

Mudah-mudahan saja catatan ini tak menjadi pengulangan yang membosankan. Mengingat sudah begitu banyak tulisan tentang dua topik di atas.

Redundansi adalah cacat parah untuk sebuah tulisan.  Segera berhenti membaca artikel ini bila ada kesan demikian.

***

Masa Sekolah Dasar. Poltak masuk SD Negeri di Hutabolon (pseudonim),  Tanah Batak pada paruh 1960-an.  Itu sebuah SD "kampung".  

Pada waktu itu punya ruang kelas, meja dan bangku, papan tulis hitam, dan kapur tulis adalah kemewahan luar biasa untuk sebuah SD kampung.  SDN Hutabolon waktu itu masih meminjam bangunan gereja HKBP untuk pembelajaran kelas 1-3.

Perpustakaan sekolah adalah utopia waktu itu. Jangankan mewujudkannya.  Sekadar membayangkanpun tak mampu. Sebab kosa kata "perpustakaan" tak ditemukan dalam buku pelajaran waktu itu.

Tak ada buku bacaan tambahan yang bisa dibaca Poltak dan teman-temannya. Hanya dan hanya ada buku-buku pelajaran yang diwajibkan guru.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline