Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

[Poltak #091] Gadis Batu Gantung Sibaganding

Diperbarui: 26 Mei 2022   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Pak Guru ketinggalan! Stop, amang supir! Atterek!" 

Poltak berteriak keras. Seisi bus langsung gaduh. Supir menghentikan laju  bus, lalu aterek, mundur.

Guru Arsenius berlari-lari kecil mengejar bus yang sedang mundur. Di tangan kanannya dia menenteng baskom yang dibungkus kain serbet.

“Kurang ajar kalian! Masa Pak Guru ditinggal!”

Guru Arsenius marah-marah, sambil menaiki bus dan duduk di asese, di samping supir.

“Santabi, Gurunami. Kami tak sengaja. Terlalu gembira kami. Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun … .”

“Ah, sudah, sudah! Jangan salah-gunakan doa, Poltak. Maju, supir!”

Guru Arsenius memotong perkataan Poltak. “…mengampuni yang bersalah kepada kami,” lanjut Poltak dalam hati. Kalimat itu adalah petikan dari doa “Bapa Kami”.

Perjalanan dari Hutabolon ke Parapat adalah pemanggungan lakon anak-anak ceria. Segala celoteh bersiliweran. Disatukan oleh gelak-tawa bersama. Segala hal dilontarkan. Kecuali soal mata pelajaran.

“Gurunami, stoplah sebentar!” Jonder berteriak menjelang jembatan Siserasera, Girsang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline