"Sepakbola adalah hiburan sauvinis, nikmatilah dengan segenap jiwa-ragamu." -Felix Tani
Dalam sepakbola, laga pertama itu ibarat langkah pembukaan dalam permainan catur. Itu adalah langkah strategis yang menentukan akhir kompetisi. Akan menjadi pecundang atau pemenang?
Itu mestinya yang menjadi pegangan bagi pengamat sepakbola. Terutama pengamat kambuhan yang sok pinter, macam penulis artikel ini.
Tapi tak begitu yang terjadi saat Timnas U-23 Indosesia dipecundangi 3-0 oleh Timnas U-23 Vietnam pada laga pertama pertandingan sepakbola SEA Games 2022.
Hujatan dan lecehan langsung dihunjamkan pada Shin Tae-yong, pelatih . Tae-yong dianggap salah dan kalah strategi dari Park Hang-seo, pelatih Vietnam yang "besar mulut" itu.
Para pengamat sepakbola nasional langsung bikin analisis kesalahan Tae-yong, dan memberi saran solutif anti-kalah untuk pertandingan selanjutnya.
Kesan yang ditampilkan, seakan Tae-yong itu pelatih kelas tarkam. Cuma sekaliber pelatih Persigangsa (Persatuan Sepakbola Indonesia Gang Sapi). Biuh!
Adakah yang sempat berpikir kekalahan Timnas Indonesia dari Timnas Vietnam itu by design, bagian dari sebuah rencana besar Tae-yong?
Maksud saya, begini. Tae-yong memang tidak memainkan strategi dan pemain terbaiknya saat melawan Tmnas Vietnam. Sebuah kekalahan telah dirancangnya, dalam rangka mengejar sebuah "sasaran besar". Apa lagi kalau bukan jawara cabor sepakbola pada SEA Games 2022.
Apakah ada yang percaya kekalahan 0-3 dari Timnas Vietnam adalah indikator Timnas Indonesia yang letoy tralala? Aneh kalau ada yang percaya.