Sekitar dua minggu lalu, saya terpesona melihat indahnya rumput kuburan di TPU Kampung Kandang Jakarta Selatan. Rumput itu tampak hijau, rapi, dan tebal.
Saya mendekati dua orang pekerja yang sedang sibuk menanam rumput itu. Lalu menanyakan jenis rumput apa yang sedang mereka tanam.
"Ini rumput golf, Pak," jawab salah seorang di antaranya.
"Rumput golf? Mewah banget!"
"Maksud saya, rumput sintetis, Pak. Ini karpet rumput untuk main golf di pekarangan." Pekerja tadi menjelaskan sambil tertawa.
Saya ikut tertawa, tapi dalam nada getir. Sebab tak terbayangkan sebelumnya, guludan kuburan ditutup dengan karpet rumput golf.
"Memang lebih mahal dibanding rumput alam, Pak. Tapi rumput sintetis ini tahan lama. Bisa lima sampai enam tahun." Kata pekerja tadi menjawab pertanyaan saya tentang harga.
Menurut pekerja itu, harga karpet rumput golf sintetis itu Rp 1,4 juta per makam. Itu berarti sekitar dua kali lipat dibanding harga rumput alam, Rp 750,000 per makam.
Rumput alam biasanya harus diganti tiap dua tahun. Berarti untuk enam tahun, total biaya mencapai Rp 2,25 juta. Lebih mahal Rp 850,000 (61%) dibanding karpet rumput golf. Itu belum terhitung biaya pemeliharaan Rp 600,000 per makam per tahun.
Bahkan ada lagi jenis rumput sintetis yang lebih murah, tapi tak sebagus karpet rumput sintetis golf itu. Harganya sekitar Rp 1 juta.