Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Layangan Putus Merindu Bulan

Diperbarui: 19 April 2022   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layangan putus merindu bulan (Dokpri)

Telah bulan ganti bulan, dia gelayut di sana, di pucuk julang antena televisi itu.

Dia, layangan putus, dulu pernah terbang membelah langit, hendak memetik bulan purnama.

Dia, layangan putus, kini  tinggal kerangka, terlapuk oleh basah hujan dan terik mentari.

Dia, layangan putus, kini hanya bisa merindu bulan, sebelum nanti direnggut angin lalu terbantun remuk ke tanah.

Telah tahun ganti tahun, sebuah hidup menjadi layangan putus, tersangkut di pucuk tiang durjana, merana merindu surga.

Rindu itu tak akan berujung, andai Dia tak mengutus seorang Anak, Juru Selamat bagi si layangan putus.(eFTe)

*)Gang Sapi Jakarta, 19 April 2022. Foto yang menginspirasi puisi ini diambil sekitar pukul 06.00 WIB pagi tadi dari depan rumah.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline