Kompasiana akhir-akhir ini semakin kering. Tertawalah. Maka Kompasiana akan banjir ludah. -Felix Tani
Yah, istilahnya saja "mengenal lebih jauh". Pasti banyak kelirunyalah. Orang mengenal "lebih dekat" aja bisa keliru, kok.
Gak percaya? Coba tanya Bu Roselina, perempuan belahan jiwa Pak Tjip, "Berapa helai rambut Pak Tjip yang rontok hari ini?" Potong K-Rewards Pak Tjip untuk Maret 2022 kalau Bu Lina gak tahu.
Mengenal Pak Tjip "lebih jauh" itu benar secara geografis dan sosiologis. Secara geografis, Pak Tjip di Australia sedangkan Engkong di Indonesia. Secara sosiologis, Pak Tjip dan Engkong gak punya hubungan sosial yang dekat.
Tapi, tentu saja, kamu dekat di dunia maya Kompasiana. Sedekat ujung jari yang nempel di papan kunci HP.
Kenal "lebih jauh", Engkong baru ngeh kalau Pak Tjip itu menyandang gelar Profesor. Ceritanya, di Perkumpulan Reiki Indonesia, Pak Tjip itu menyandang gelar Grand Master. Nah, Grand Master itu setara Profesor kalau di dunia akademik. Jadi, boleh dong Engkong bilang Prof. Tjiptadinata Effendi.
Oh, ya. Grand Master itu beda dari Drunken Master. Yang terakhir ini cocok disematkan pada Acek Rudy. Acek satu ini bisa nulis apa saja tanpa mikir. Itu ciri Drunken Master.
Bagaimana dengan gelar M.Kom? Oh, itu dianugerahkan Admin Kompasiana untuk Pak Tjip. M.Kom itu adalah Maestro Kompasiana. Paling produktif, paling konsisten, dan paling persisten nulis.
Bener, ta? Pak Tjip itu satu-satunya Maestro di Kompasiana?
Jadi, perkenalkan, Prof. Tjiptadinata Effendi, M.Kom.