"Oh ya, kami senang karena makin banyak kompasianer yang tertarik ikutan berburu K-Rewards." -Admin Kompasiana, 07 Februari 2022.
Terimakasih atas kejujuran Admin Kompasiana. Begitulah penghargaan Admin kepada Kompasianer. Hanya disenangi sebagai sekadar pemburu K-Rewards. Sekali lagi, hanya pemburu.
Kalimat di atas bukan rekaan Engkong Felix. Tapi betul-betul teks asli dalam artikel Admin K yang baru tayang pukul 16.56 WIB. Artikel itu masih label "Pilihan" saat ini (pukul 17.35 WIB). Sebentar lagi, seturut kebisaaan, pasti jadi AU.
Apakah salah jadi "pemburu"? Oh, tidak. Itu predikat yang sangat lazim terdengar. Ada pemburu cinta, pemburu dollar, pemburu rusa, pemburu hantu, pemburu gading, pemburu koruptor, pemburu jabatan, dan lain sebagainya.
Tapi saat predikat pemburu itu diletakkan dalam konteks K-Rewards, terus terang, Engkong Felix sangat tersinggung. Merasa direndahkan. Terasa hina, jadinya.
Engkong Felix tak pernah keberatan dengan K-Rewards, sepanjang itu dimaknai sebagai bentuk apresiasi terhadap Kompasianer dan diperoleh secara jujur. Jujur di pihak baik Admin K, dalam arti tidak ada rekayasa jumlah UPV dan harga per UPV. Jujur juga di pihak Kompasianer, dalam arti tidak ada pendongkrakan UPV secara curang.
Bagi Engkong Felix, K-Rewards tak lebih dari konsekuensi logis. Konsekuensi dari kesetiaan menulis artikel di Kompasiana, dan kesetiaan Kompasianer dan Non-Kompasianer membaca artikel itu. Sesederhana itu.
Jadi, saat Admin K secara implisit menganggap Engkong sebagai salah seorang dari "banyak kompasianer yang tertarik ikutan berburu K-Rewards", Engkong benar-benar tersinggung.
Mungkin atau pasti ada yang seperti itu, "pemburu K-Rewards". Tapi membuat generalisasi Kompasianer, terutama yang mendapat K-Rewards walau cuma beberapa ribu rupiah, sebagai "pemburu" adalah sebuah penghinaan.
Predikat pemburu itu, sekurangnya bagi Engkong Felix, betul-betul merendahkan passion sebagai penulis tanpa pamrih di Kompasiana. Itu sangat khas cara pandang majikan kapitalis kepada para buruhnya. Serendah itu.