Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Kompasianer "Kompak Ora Kompak Waton Somplak"

Diperbarui: 18 Januari 2022   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari kompasiana.com

Somplak itu keren, kompak itu cemen. -Felix Tani

Kompak ora kompak waton somplak. Kompak tak kompak yang penting (otak) somplak.

Pepatah di atas meniru pitutur Jawa "Mangan ora mangan waton kumpul". Maksudnya, persatuan di antara kita lebih penting ketimbang kebutuhan perut masing-masing.

Logikanya begini. Kalau kita bersatu, maka lebih mudah bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan perut secara adil. Sebaliknya, kalau masing-masing mendahulukan perut sendiri, maka yang akan terjadi adalah rebutan berujung kelahi.

Jelas di situ, fokus atau tujuannya adalah "persatuan" (waton kumpul) dan strategi pencapaiannya adalah "askese" atau "penyangkalan kepentingan lahiriah pribadi" (mangan ora mangan).

Gak ada yang protes, kan? Sarujuk ora sarujuk meneng ae, inggih?

Sekarang tentang semboyan "Kompak ora kompak waton somplak!"  Kompak tak kompak yang penting (otak) somplak.

Fokus pada frasa "waton somplak", ya. Secara harafiah somplak itu artinya sompek, tercuil sedikit di tepi atau pinggiran. Semisal piring, pinggirannya tercuil dikit. Namanya jadi piring somplak.

Kalau dikenakan pada manusia, label somplak itu menunjuk pada "otak tercuil sedikit". Maka dikatakan "otak somplak".

Indikator otak somplak itu, ya, "kompak ora kompak".  Maksudnya perilaku yang menyimpang dari keumuman. Pikiran, tindakan, dan perangkatnya beda sendiri. Pokoknya, lain dari yang lain, deh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline