Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Layang-layang Menganggit Puisi Tanpa Kata-kata

Diperbarui: 17 Januari 2022   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi layang-layang berpuisi (Foto:my-best-kite.com via pinterest.com)

Layang-layang merah jambu melawan tiup angin utara.  Maka tubuh pipih itu lesat naik bagai ujung pedang menggores angkasa biru. Lenggak-lenggok dia mencipta baginya setitik relung awal hidup serasi di bentang semesta.

Layang-layang merah jambu menata gerak turun-naik mundur-maju di udara. Dia melukiskan dinamika sejarah estetika eksistensinya. Di rupa larik-larik dan bait-bait puisi kehidupan yang teranggit indah tanpa kata-kata di udara. Keindahan fana yang teranyam dari segala tawa dan air mata.

Layang-layang merah jambu alah oleh angin utara yang membangun badai. Tubuh pipih itu memiuh lalu lepas jadi layang-layang putus. Langlang terombang-ambing tanpa arah dan asa di angkasa. Menganggit larik-larik dan bait akhir puisi tentang kekasih yang lepas dari pelukan.

Layang-layang merah jambu telah usai menganggit larik-larik dan bait-bait puisi indah tentang sejarah sekala hidup di bentang angkasa raya. (eFTe)

Gang Sapi Jakarta, 17 Januari 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline