Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Anarkisme Sepak Bola ala Tim Indonesia Menghancurkan Tim Malaysia di Piala AFF 2020

Diperbarui: 20 Desember 2021   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selebrasi Irfan Jaya untuk gol pertama ke gawang Malaysia (Foto: roslan rahman via kompas.com)

Bola itu bundar, bergerak anarkis, sehingga permainan sepakbola memang seharusnya anarkis. -Felix Tani

Shin Tae-yong dan timnya  sukses membentuk Timnas Sepakbola Indonesia jadi tim yang mampu memanggungkan anarkisme dalam pernainan di lapangan. 

Bermain sepakbola secara anarkis berarti menerapkan "strategi tanpa strategi" dan, karena itu, juga "taktik tanpa taktik". 

Bola itu bundar. Itu adalah idiom untuk mengatakan bahwa permainan sepakbola tak bisa ditebak, atau anarkis, ketika dimainkan di lapangan. Bola bergerak anarkis, dari pemain ke pemain lain, dengan satu tujuan yaitu gol, menjebol gawang lawan.

Di bidang sains, penganjur anarkisme adalah filsuf Paul Feyerabend. Katanya, untuk mecapai kebenaran ilmiah, cara apa saja boleh dilakukan. Asalkan cara itu logis, etis, dan karena itu estetis. 

Dalam konteks sepakbola, logis berarti rasional atau masuk akal. Etis berarti sportif. Estetis berarti indah, resultan dari logis dan etis. Sepakbola terjelek adalah yang tak maduk akal dan brutal.

Jika Fayerabend ditanya tentang metode ilmiah, dia akan menjawab, "Metode saya adalah tanpa-metode". Dalam konteks sepakbola, itu berarti strategi "tanpa-strategi".

Begitulah, dalam laga antara Indonesia dan Malaysia di Puala AFF 2020,Singapura hari Minggu malam (19/12/2021 pukul 19.30 WIIB), Tim Indonesia sukses memainkan sepakbola anarkis. Suatu permainan  yang menerapkan strategi "tanpa-strategi", juga taktik "tanpa-taktik".

Lazimnya permainan sepakbola sistematis, lawan anarkis, menerapkan satu saja strategi utama yang merujuk pada struktur pemain di lapangan. Semisal 5-4-1 jika memutuskan strategi bertahan, atau 3-5-2 jika memutuskan strategi menyerang. Pilihan semacam itu memungkinkan lawan menentukan kontra-strategi.

Tapi dalam pertandingan tadi malam, Shin Tae-yong dan Timnas Indonesia menolak konsep sepakbola sistematis yang monoton. Tim Indonesia secara tak terduga justru memainkan sepakbola anarkis, menerapkan strategi "tanpa-strategi" yang dinamis, intuitif dan kreatif, sehingga membingungkan Tim Malaysia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline