Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Tiga Soal yang Perlu Klarifikasi Admin Kompasiana Sebelum Januari 2022

Diperbarui: 22 November 2021   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari kompasiana.com

Ada tiga soal yang menganjal di Kompasiana. Perlu klarifikasi Admin K sebelum Januari 2022.  Sebagai pijakan bagi kompasianer jika mau bikin resolusi 2022. 

Tiga soal itu tak pernah jelas selama ini.  Karena setiap kali ditanya, Admin K lebih memilih diam seribu basa.  Mungkin dipikirnya diam itu emas.  Padahal diam itu gak asyik.

Soal Pertama: Makna Kompasiana Rumah Kita Bersama

Ini tak pernah jelas maknanya.  Jika K rumah kita bersama, apakah struktur relasi Admin dan Kompasianer bersifat egaliter?  Hubungan antara Admin sebagai subyek dan Kompasianer juga subyek? Jika demikian, maka mestinya ada komunikasi antara Admin dan Kompasianer.  Komunikasi yang mengandaikan kesetaraan antara Admin dan Kompasianer.  Sehingga tercapai kesepahaman akan setiap hal di K.

Faktanya, struktur relasi antara Admin dan Kompasianer sejauh ini  teramati lebih bersifat subordinasi.  Hubungan antara Admin sebagai subyek dan Kompasianer sebagai obyek. Artinya, Admin pemilik "Rumah Kompasiana", sedangkan Kompasiana adalah pengontrak, obyek bisnis Kompasiana.

Hubungan subyek - obyek itu terindikasi nihilnya komunikasi antara Admin dan Kompasianer.,Hanya ada instruksi, penjelasan, atau pengumuman yang bersifat searah.  Tidak ada komunikasi, dialog egaliter, untuk mencapai kesepahaman.  Kompasianer hanyalah obyek bisnis yang hanya bisa tunduk pada aturan yang dibuat Admin secara sepihak.  Kalau tak setuju, silahkan pergi!

Indikasi struktur relasi subordinatif itu adalah penentuan aturan main K-Rewards secara sepihak dan tertutup, kemalasan Admin K untuk menjawab gugatan atau pertanyaan Kompasianer, dan penetapan kriteria "artikel aman" secara sepihak. 

Soal Kedua:  Makna Tagline "Dari Noise ke Voice"

Ini juga tak jelas maknanya.  Tiba-tiba pada Ulang Tahun Ke-13 mencanangkan tagline Tinggalkan Noise (Kebisingan) Bangun Voice (Opini Bermakna).  Itu artinya Admin K telah menghakimi artikel di Kompasiana dengan memberi label "noise" dan "voice".  "Noise" harus ditinggalkan, "voice" harus dijelang.

Atas dasar apa Admin K memberi label "noise" atau "voice" pada artikel-artikel di K.  Bukankah semua artikel di K sama nilainya sebagai "estetika eksistensi" (baca Gregorius Nyaming di K)?  Lalu dari mana hak Admin K menilai eksistensi seorang Kompasianer adalah "noise" dan yang lainnya "voice".   Kompasianer itu kan bukan bawahan Admin K. (Atau mungkin benar struktur relasi Admin K dan Kompasianer bersifat subordinatif?)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline