[Kepada Daeng Khrisna Pabichara]
Ada suara berseru-seru di padang lontar bumi kersang. Seruan ari-ari memanggil pulang lelaki kembaran dari tanah seberang. Purnama sedang terang, laut tengah pasang, saatnya kelana pulang.
Ada phinisi buang sauh di muara sungai Kerala. Lelaki kembara telah berlabuh, kembali dari kaki langit ke kaki bianglala. Garam di tambak berkilau, jagung di ladang berbunga, kuda di steppa menari, pucuk lontar di padang menyala.
Lelaki rantau telah dipanggil menjadi khrisna sang pabichara. Menjadi guru nan sarat bijak, gembala penuh asih, penghibur tiada tara, suara kebenaran bagi segenap perkara. Tanah, air, dan udara merindu Turatea sejahtera.
Seorang lelaki tegap berdiri di jantung Bumi Turatea. Menghitung tegakan lontar demi swasembada gula. Menaksir hamparan jagung demi swasembada pati bagi raga. Menakar gundukan garam demi swasembada butir perisa. Mengukur isi laut demi swasembada protein picu karsa.
Di puncak bukit Sinalu lelaki Turatea itu berdiri. Di bawah kakinya terhampar bumi berpijak yang lelah mendamba mandiri. Lelaki Turatea pantang duduk berdiam diri. Bila tak hendak raganya kurus kering terkuras iri. Tentang itu, semua telah ditulis pada lembar-lembar lontarak tua oleh para bestari. (eFTe)
*Gang Sapi Jakarta, 29 Agustus 2021
Catatan:
Bumi Turatea adalah julukan untuk Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Untuk diketahui, tidak ada kota Jeneponto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H