Pada kolom komentar atas artikel saya, "Sepiring Nasi yang Menggoda" (K. 1/7/2021), rekan Swarna nyeletuk "... jadi ada ide buat topik pilihan ...."
Itu celetukan keren. Menjadikan "makanan berbahan beras" sebagai topik pilihan di Kompasiana pasti sangat menarik.
Seperti saya sampaikan dalam artikel di atas, kendati beras atau nasi sudah menjadi pengalaman kita sehari-hari, sesungguhnya terlslu banyak yang kita taktahu tentangnya.
Tamsil rekan Suyono Apol pas. Katanya, nasi itu sudah seperti kanvas putih. Setelah dilukisi, orang terserap pada bentuk dan warna lukisan, lupa pada kanvasnya.
Begitulah. Sehari-hari kita makan nasi, hal yang kita perhatikan hanya lauk-pauknya. Lauknya apa? Sayurnya apa? Takpernah bertanya, berasnya apa.
Tapi bagi Admin Kompasiana, soal beras mungkin bukan konten yang menjual. Karena itu saya mengambil inisiatif mengajak rekan-rekan menulis tentang makanan berbasis beras di Kompasiana.
Tulislah makanan berbasis beras yang khas di daerah tinggal rekan-rekan.
Pasti banyak, bukan? Ada nasi uduk, nasi liwet, nasi kapau, nasi kuning, nasi-jagung, nasi langgi, dan nasi pecel, untuk menyebut beberapa. Tiap daerah di nusantara mungkin punya nadi khas sendiri.
Itu baru masukan nasi. Mungkin ada juga penganan khas, terbuat dari beras langsung ataupun tepung. Semisal lemang, kue putu, lepat, arem-arem, bacang, tape, bubur, lontong, ketupat, semar mendem, lupis, klepon, onde, onde, lemper, dan sagun untuk menyebut beberapa.
Mari kita tulis soal makanan berbahan beras, termasuk tepung beras, itu sebagai isu sosial-budaya. Artinya makan berbahan beras adalah budaya setempat. Ada ide (nilai), tindakan (aktivitas), dan wujud kebendaan di situ.
Karena itu sangat baik jika cerita sedikit tentang sejarah padi, budidaya padi, jenis-jenis padi, dan tata-niaga padi dan beras di daerah tempat mukim rekan-rekan. Untuk memahami kedudukan beras dalam budaya tempatan.