Dua orang teman kompasianer, sebut saja namanya Daeng Khrispa dan Daeng Rugun, lewat grup perpesanan, memamerkan foto sedang minum bir berduaan di sebuah kedai di kota Angin Mamiri sana.
Entah di kedai mana lokasi kejadiannya, tak jelas benar. Yang jelas, mereka tak pakai masker saat menenggak cairan berwarna coklat muda itu. Sewarna urin kuda, kalau tak salah.
Tentu saja rekan-rekan di grup perpesanan protes tapi iri. Protes karena haram hukumnya anggota grup perpesanan minum bir tanpa berbagi. Iri karena tak punya kesempatan pamer foto minum bir.
Tapi, begitulah, duo daeng itu bukan pembohong yang baik. Kendati terkenal superbadung saat kecil sampai remaja, keduanya terkenal sebagai lelaki jujur. Sekurangnya jujur kepada ibu dan istri masing-masing. Sebab mereka takut risikonya: hidung memanjang, kuping melebar.
Tapi ada seorang anggota grup perpesanan yang tak bisa dikibuli duo daeng itu. Sebut saja namanya Engkong Fetan. Engkong ini, tak banyak yang tahu, adalah mantan peminum tuak dan pensiunan peminum bir.
Sebagai pensiunan peminum bir, Engkong Fetan paham banget tentang "efek kencing kuda." Itu istilah untuk gelembung-gelembung udara yang berkejaran naik ke atas gelas membentuk kumpulan busa di permukaan cairan. Dikatakan begitu karena kalau kuda kencing, terbentuk busa di permukaan genangannya.
Nah, Engkong tidak melihat adanya efek kencing kuda di dalam gelas-gelas yang diklaim Daeng Khrispa dan Daeng Rugun berisi bir itu.
"Hoaks!" Engkong menulis pesan balasan. "Teh es dalam gelas berlogo merk bir itu!" Rupanya duo daeng itu sedang bergaya minum bir hoaks.
Tak urung, Engkong Fetan tetap mengingatkan kedua temannya, "Hati-hati! Minum teh es berasa bir bisa bikin mabuk!"
Ah, indahnya dunia jika dihuni para pembohong yang takut pada ibu dan istrinya. (efte)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H