Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Maaf Pak, Ritsleting Celananya Terbuka

Diperbarui: 7 Mei 2021   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari merdeka.com/instructabel.com

Bagi kaum "dikotil", lelaki, mungkin tak ada benda yang lebih berbahaya dari ritsleting. Benda pengancing temuan Elias Howe, orang Amerika, itu (1851) menyimpan risiko yang aneh. Bisa menyakitkan sekaligus memalukan.

Poltak terbilang kenyang dengan risiko aneh itu. Hal menyakitkan dialami semasa kanak-kanak. Ritsleting celana buru-buru ditarik, "Wadauw," kulit kantung "dikotil" kejepit. Atau mungkin tepatnya digigit ritsleting.  

Kalau kamu bukan mahluk "dikotil", sukar berempati merasakan sakitnya. Apalagi dulu belum ada teknologi sempak. Sehingga kulit kantung "dikotil" langsung kejepit. Sakitnya sampai ke ubun-ubun, Sist. Jauh banget itu  jaraknya dari ritsleting celana, bukan?

Sudah dewasa pun Poltak terkadang masih mengalami jepitan atau gigitan atau kerkahan ritsleting. Yah, begitulah nasib mahluk "dikotil" yang gemar terburu-buru. Apa saja maunya cepat.

Risiko memalukan bisa terjadi jika selepas buang air seni di kakus umum lalu lupa menutup ristleting celana. Itu bisa terjadi di stasiun atau terminal, lantaran  buru-buru mengejar kereta api atau bus kota. Aneh, kereta api dan bus kota kok dikejar.

Beruntung kini sudah pakai sempak. Kalau tidak, "Hadoh," tak kebayanglah nasib "tangkai dikotil" itu gondal-gandul ke sana ke mari. Kalau dilihat orang, malunya sampai ke istri dan anak cucu.  

Soal risiko memalukan itu, kemarin Poltak tampil sebagai juru selamat. Dia dan istrinya sedang duduk mengantri di ruang tunggu sebuah rumah sakit di Salemba Raya, Jakarta. Seorang lelaki tua mondar-mandir di depan mereka dengan ritsleting celana terbuka. Itu pasti kelupaan nutup, bukan sengaja pamer.

Poltak minta saran istrinya bagaimana cara terbaik menutup ritsleting lelaki tua malang itu. Tapi istrinya tak punya ide. Sebab tak punya pengalaman buka-tutup ritsleting celana lelaki selain suaminya. Hal itu biasa dilakukannya saat memasukkan celana ke dalam drum mesin cuci.

Tapi Roh Kudus bisa bekerja di mana saja. Poltak mendapat ide saat lelaki tua itu berdiri di pojok ruangan. Dia segera memepet lelaki itu, yang sedikit curiga. Mungkin dikiranya  Poltak itu lelaki penyuka sesama mahluk "dikotil". 

"Maaf Pak, ritsleting celananya terbuka," bisik Poltak sambil balik badan menutupi lelaki itu. 

"Waduh. Hehehe. Terimaksih, Pak," balas lelaki tua itu sambil menutup ritsleting celananya. Sret.  Ah, untung kulit kantung "dikotil"nya tidak kejepit. Sehingga tak perlu ada jeritan khas lelaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline