Tadinya saya pikir Felix Tani itu orang paling kenthir, anarkis kreatif, di Kompasiana. Ternyata saya salah besar. Masih ada yang lebih kenthir lagi, bisa dibilang kenthirnya kenthir. Itulah Admin Kompasiana.
Gara-garanya, Admin K menulis artikel promosi topik pilihan, "Di Balik Kegagalan, Ada Kesuksesan yang Gagal" (K. 20/4/2021). Membaca judul itu, Felix Tani langsung glosor malu hati. Penjudulan semacam itu betul-betul di luar imajinasi terliarnya sebagai Bapak Kenthirisme Kompasiana.
Gagal paham makna judul artikel bikinan Admin K itu, Felix Tani menelepon Nabi munsyi Daeng Khrisna Pabichara. Niatnya konsultasi. Tapi dari ujung sana hanya terdengar suara mesin penjawab, "Maaf, Daeng Khrisna sedang pingsan akibat membaca judul artikel di Kompasiana." Waduh, Admin K harus tanggungjawab, nih.
Felix Tani mencoba setengah mati memaknai frasa "kesuksesan yang gagal" menggunakan hukum DM. Ada kesuksesan, keberhasilan, tapi gagal, tidak tercapai. Maksudnya apa, ya. Tiba-tiba saja merasa gagal sebagai tokoh kenthirisme.
Iseng Felix Tani coba membangun frasa-frasa sepola: kekayaan yang miskin, kejahatan yang baik, kebencian yang cinta, kebohongan yang jujur, kecantikan yang jelek. Siapa tahu ada serendipitas, lalu dia mendadak paham. Hasilnya, otak Felix Tani nyaris mlengse dari batoknya.
Felix Tani bertanya-tanya, " Apakah satu kata boleh digunakan sebagai kata keterangan (M) bagi kata lain (D) yang merupakan antonimnya?" Dia tak kunjung bisa menjawabnya. Padahal ubun-ubunnya sudah mengepulkan debu. Kepala digaruk terus, ketombenya beterbangan.
Dari pada malu gagal paham, ya sudah, Felix Tani memutuskan nulis artikel tanggapan dengan judul sebangun. Tadinya mau bikin judul " Di Balik Kesuksesan, Ada Kegagalan yang Sukses." Tapi itu kan gak orisionil, ya. Gengsi, dong.
Setelah dipikir-pikir, Felix Tani akhirnya sukses gagal tak menemukan judul ini, "Di Balik Kegilaan, Ada Kewarasan yang Gila." Apakah kita belum sukses gagal gila dalam berbahasa Indonesia yang tidak anti-logika?
Eh, ngomong-ngomong tadi saya merasa waras, tapu sekarang kok terasa gila, ya. Apakah mungkin saya sedang mengalami gejala kegilaan yang waras? (efte)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H