Jika ada nama orang Indonesia yang mendunia, maka itu adalah Joko. Ya, hanya dan hanya Joko.
Aslinya, Joko itu nama lelaki Jawa. Artinya, ya, lelaki. Diserap ke bahasa Indonesia, joko menjadi jaka, jejaka, atau perjaka.
Perjaka atau jaka, joko, diertikan sebagai lelaki yang yang belum menikah. Anehnya, walau Joko sudah beranak cucu, namanya tetaplah Joko. Artinya tetap perjaka. Hebat, kan?
Tapi, tahukah Anda, bahwa Joko itu nama Jawi kuna yang telah diserap bangsa-bangsa Timur Tengah dan Barat? Itu sebabnya saya bilang Joko itu nama lelaki Jawa yang mendunia.
Mari kita periksa alur penyerapannya. Nama Joko itu pertama kali diserap bangsa Ibrani menjadi Ya'akov. Lalu diserap bangsa Yunani menjadi Iacobos. Kemudian diserap dalam bahasa Latin menjadi Iacobus dan Iacomus.
Selanjutnya orang Prancis menyingkat nama Iacomus menjadi Gemmes. Lidah Inggris kemudian melafalkan Gemmes sebagai James. Maka James Inggris adalah Joko Jawa.
Dalam masyarakat modern Barat, Eropa dan Amerika, nama Joko itu berkembang menjadi banyak varian. Antara lain Yacub, Jacobus, Jakoby, Jacob, Jacko, Jack, Jaques, dan Jake.
Nama-nama serupa juga digunakan di benua Afrika, Australia, dan Amerika Selatan. Semua berakar pada nama Jawi Kuna, Joko.
Pasti muncul pertanyaan, bagaimana mungkin nama Joko yang berasal dari masa Jawi Kuna bisa diserap oleh bangsa-bangsa Timur Tengah, Eropa, dan kemudian oleh bangsa-bangsa lain?
Bukankah secara historis diyakini bangsa-bangsa Afrika, Timur Tengah dan Eropa lebih tua dari etnis Jawa? Pithecanthropus erectus, "Manusia Jawa" Lembah Trinil, Ngawi misalnya diyakini sebagai kelompok migran Homo erectus dari Afrika.
Sejarah bukan sesuatu yang bersifat mutlak. Temuan-temuan arkeologis dan antropologis bisa saja mengubah teks sejarah.